Banyak orang bertanya, yang intinya adalah bagaimana saya memanfaatkan Emas selama ini? Cara atau metode mana yang saya pakai? Saya coba jelaskan dalam artikel ini sekaligus sebagai rangkuman Kultwit saya beberapa waktu yang lalu mengenai hal yang sama.
Seperti yang sering saya sampaikan diberbagai kesempatan terutama di Seminar-seminar KebunEMAS, EMAS jauh lebih besar manfaatnya daripada keuntungannya. Dalam kehidupan ini, karena sifatnya, saya memanfaatkan Emas untuk berbagai kebutuhan. Salah satu manfaat dari Emas yg terbesar adalah kita bisa mengukur biaya di masa yang akan datang dengan Emas (nanti saya bahas di artikel yang lain).
Karena nilai Emas ini sama sepanjang masa, maka kita bisa memanfaatkan Emas untuk mengukur biaya di masa yang akan datang. Contoh yang paling mudah, untuk kebutuhan pendidikan anak-anak saya nanti, dengan Emas saya bisa dengan mudah mengukurnya. Kalau saat ini biaya masuk Sekolah Dasar adalah 10jt dan setara Emas 20gram, maka Emas 20gram tersebut 5 atau 10 tahun yang akan datang masih akan tetap bisa membiayai masuk Sekolah Dasar.
Pada intinya dalam memanfaatkan Emas secara umum saya punya katakanlah 3 (tiga) jalur atau bagian besar.
Jalur Pertama, EMAS Untuk Kebutuhan Di Masa Yang Akan Datang
Dengan Emas kita mudah untuk mengukur biaya di masa yang akan datang, nah masalahnya adalah, bagaimana memiliki Emas tersebut saat ini, bukan tahun depan atau 2 tahun lagi. Saya memanfaatkan model Beli – Gadai – Angsur untuk kebutuhan ini.
Contoh: 10 tahun lagi (dari saat ini) saya membutuhkan dana setara 250gram Emas untuk biaya pendidikan salah satu anak saya. Maka dari 2 tahun yang lalu saya sudah melakukan Beli – Gadai Emas, yang setiap 4 bulan saya Angsur (kurangi pokok pinjamanya), saya berterima kasih kepada BRI Syariah dengan produk Gadai nya yang sangat luar biasa. Karena menurut saya produk Gadai Emas BRI Syariah adalah yang terbaik saat ini, apalagi kalau di manfaatkan untuk hal yang saya sebutkan di atas, alasannya adalah, ketika pokok pinjaman saya cicil/kurangi setiap 4 bulan, maka biaya titip 4 bulan berikutanya akan berkurang. Biasanya strategi yang saya pergunakan adalah dengan menyisihkan uang yang besarnya 2 x dari Biaya titip setiap bulan. Misalnya biaya titipnya 1jt/bln, maka saya menyisihkan 2jt/bln ke dalam tabungan, yang mana pada saat 4 bulan jatuh tempo saldo tabungan 8jt kemudian saya pakai untuk bayar biaya titipnya 4 juta, dan saya kurangi pokok pinjamannya 4jt. Karena saya kurangi pokoknya, maka biaya titip 4 bulan berikutnya juga akan berkurang, artinya setiap 4 bulan komposisi pembayaran yang 8jt tersebut akan berubah, semakin lama semakin besar pokok pinjaman yang bisa dikurangi.
Saya juga melakukan hal yang sama untuk tabungan saya hari tua. Dan EMAS pada Jalur Pertama ini TIDAK PERNAH SAYA TOPUP PINJAMANNYA, tapi terus saya kurangi/cicil pokok pinjamannya.
Beruntung saat ini ada produk baru dari BRI Syariah, KLM BRI Syariah, yakni Kepemilikan EMAS dengan cara dicicil, dan tenornya bisa sampai 15 tahun, sebuah produk yang luar biasa menurut saya. Produk KLM BRI Syariah ini sangat cocok untuk tujuan-tujuan seperti di atas, seolah-olah kita ini ini mem-”beli” masa depan. Emas bisa dipakai untuk mengukur biaya di masa yang akan datang, KLM BRI Syariah bisa dipakai untuk mem-”beli” masa depan.
Saat ini saya sedang meng-konversi seluruh gadai Emas pada jalur pertama ini ke KLM BRI Syariah, pertimbangan paling utama adalah, tidak harus repot-repot setiap 4 bulan ke BRI Syariah untuk perpanjangan Gadai, karena dgn KLM BRIS, cicilan langsung di debet setiap bulan dari rekening.
Pada Jalur Pertama ini, saya tidak pernah mikir harga Emas ada di posisi apa, mau naik atau turun nggak peduli. Karena pada jalur ini, semua Emas saya proyeksikan untuk jangka panjang (5 – 10 tahun), untuk kebutuhan di masa yang akan datang.
Jalur Kedua, Emas Untuk Kebutuhan Bisnis dan Konsumtif
Uang untuk modal bisnis biasanya saya belikan Emas dulu, Emasnya lalu saya gadai, baru uang gadainya saya pakai untuk modal bisnis. Dan bisnis harus mampu untuk membayar biayanya setiap 4 bulan termasuk mengurangi pokok pinjaman. Kalau sampai tidak mampu, berarti ada yang salah dengan bisnisnya, simple.
Seringkali juga pokok pinjaman belum habis, pinjamannya saya topup (maksimumkan lagi), tapi memang topupnya untuk kepentingan bisnis juga, misalnya karena pengen nambah modal atau memperluas bisnis.
Contoh, 6 bulan lalu saya masuk ke bisnis dengan modal 180jt, saat itu modal 200jt saya belikan Emas lalu saya gadai, uang gadai sekitar 180jt lalu saya jadikan modal bisnis. Alhamdulillah, setiap bulan sekarang ini saya bisa menyisihkan sekitar 2-8jt dari keuntungan bisnis tersebut. Artinya, setiap 4 bulan saya bisa bayar biaya gadainya plus kurangi pokok pinjamannya.
Selain untuk bisnis juga untuk konsumtif seperti: beli kendaraan, traveling dan sebagainya, termasuk beberapa waktu yang lalu saya berangkat Umroh, biaya berangkat Umroh saya belikan dulu Emas, lalu saya gadai, uang gadainya baru saya pakai untuk berangkat Umroh. Emas yang saya gadai untuk kepentingan ini pun saya angsur (kurangi pokok pinjamannya setiap 4 bulan). Dan sekali lagi untuk kedua tujuan ini (Bisnis dan Konsumtif), gadai Emas di BRI Syariah paling pas, karena biaya yang menurun seiring pokok pinjaman yang kita kurangi.
Gadai Emas di Jalur Kedua ini tidak pernah saya topup sama seperti pada Jalur Pertama, justru saya kurangi pokok pinjamannya setiap 4 bulan (kecuali yg bisnis ketika saya butuh tambahan modal, setelah itupun bisnisnya akan kembali mengurangi pokok pinjaman setiap 4 bulan).
Saya sering kali mendapat kejutan tidak terduga di jalur ini, contoh tahun lalu kami sekeluarga traveling ke Euro, biaya traveling tersebut saya belikan Emas 600gram lalu saya gadai, baru uang gadainya dipakai untuk biaya traveling. Gadai Emas nya kemudian setiap 4 bulan saya kurangi pokoknya (dicicil), perkiraan saya baru bisa lunas 2-3 tahun lagi, tapi ternyata belum setahun sudah lunas (sering kali rezeki datang tidak bisa kita duga kan?). Ahirnya kami sekeluarga tahun ini bisa traveling lagi ke Euro dengan tempat yang berbeda, dan MENGGUNAKAN EMAS YANG SAMA. Yang lebih mengejutkan adalah, untuk tahun ini biaya per orang naik dari $2600/orang thn lalu sekarang menjadi $3900/orang namun EMAS YANG DIBUTUHKAN HANYA 350-400gram SAJA !!!
Tentunya ketika saya akan melakukan gadai untuk konsumtif atau bisnis ini saya sudah ukur kemampuan saya, artinya selalu saya sesuaikan dengan kemampuan agar saya selalu bisa kurangi pokoknya setiap 4 bulan. Kalau untuk yang bisnis, nggak pusing, kenapa? karena kalau bisnisnya bagus pasti mampu, kalau nggak mampu berarti yang salah bisnisnya, ada yang salah dengan bisnisnya…
Di jalur kedua ini pun saya tidak pernah pusing sama harga Emas, mau naik atau turun. Karena memang akan dicicil dan untuk kebutuhan yang jelas ukurannya.
Resiko terburuk dari jalur Pertama dan Kedua ini adalah kehilangan kemampuan untuk mengurangi pokok pinjaman dan bayar biayanya. Kalau itu sampai terjadi, ya gampang jual Emas nya dan lunasi pinjamannya, yang jelas nilai Emas nya pasti jauh melampaui pinjamannya karena memang pokok pinjamannya saya kurangi setiap 4 bulan, belum kalau harga Emasnya juga naik.
Jalur Ketiga – Jalur Iseng.
Kalau ada dana lebih saya baru masuk ke jalur ini, Emasnya saya peroleh dengan cara Beli – Gadai. Kemudian setiap ada kenaikan Emas dan STLE (nilai taksir bank) gadai saya topup (pinjamanya di maksimumkan lagi). Kelebihan dari hasil topup (setelah bayar biayanya) saya belikan Emas lagi, Emas yang dibeli dari hasil topup gadai ini saya simpan tidak saya gadai. Bahkan sering kali hasil topup itu dipakai untuk melunasi atau mengurangi pokok pinjaman Emas di Jalur Kedua (Bisnis dan Konsumtif), pertimbangannya adalah, kalau saya beli Emas baru harganya kan harga saat ini, jadi lebih untung kalau saya pakai untuk menebus sebagian atau mengurangi pokok pinjaman Emas yang di Gadai di Jalur Kedua.
Pernah dalam 4 bulan tidak ada kenaikan Emas, harus bayar biayanya aja. Ya itulah resikonya, kalau sudah punya Emas hasil topup biasanya Emas tersebut saya gadai untuk perpanjangan, atau jual Emas yang digadai sebagian, secukupnya untuk perpanjangan lagi.
Bisa juga di downgrade, artinya di gadai ulang dengan pinjaman yang sama, tapi jumlah Emas nya berkurang. Bulan ini karena harga Emas naik lumayan, saya downgrade salah satu gadai saya yang 100gram = 10 x 10grm. Dengan pinjaman yang sama tapi hanya butuh Emas 9 batang, artinya yang 1 (satu) batang 10gram sudah bisa saya miliki sepenuhnya. Pinjaman nya tetap sama, biayanya juga sama, tapi Emas nya yang digadai berkurang.
Catatan: Sering kali saya sarankan membeli Emas dengan satuan-satuan kecil, memang di awal lebih mahal, tapi ke depannya lebih flexible.
Sangat saya sarankan untuk mem-prioritaskan dulu minimal Jalur Pertama, amankan dulu kebutuhan anda di masa yang akan datang (pendidikan anak, tabungan hari tua dsb) sebelum Anda masuk ke jalur ke tiga, bahkan kalau Anda tidak siap menghadapi resiko harga Emas turun, jangan lakukan ini. Pakai jalur aman saja yang Pertama dan Kedua, Emas hampir tidak ada resikonya jika dipakai untuk proyeksi 5 – 10 tahun kedepan. Ingat kondisi harga EMAS SEPERTI SAAT INI TIDAK SELAMANYA HANYA SESAAT SAJA.
Itulah cara saya memanfaatkan Emas, Investasi itu butuh kesabaran, bukan emosi, saya ingat tahun 2007 ketika saya memulai ini, saya mulai dengan 1-5 gram saja, karena itulah kemampuan saya saat itu. Tapi apa yang saya miliki sekarang, itu benar-benar di luar dugaan dan perkiraan, itulah rezeki. Kepintaran dan kecerdasan kalah oleh ketekunan. Percayalah, saya sudah buktikan selama ini, Emas jauh lebih besar manfaatnya dibanding keuntungannya, jadi manfaatkanlah Emas sebaik-baiknya untuk kehidupan dan masa depan Anda dan keluarga Anda. Mudah-mudahan bermanfaat bagi para Gold Gardener, Happy Gold !!
Read More
Minggu
Published 20:29 by admin
Sejujurnya saya adalah orang yang tidak percaya bahwa sukses, gagal, kaya, miskin adalah takdir. Takdir bagi saya adalah saya dilahirkan, laki-laki dan sebagainya. Sayalah yang menciptakan hidup saya tentunya atas izin Tuhan, Tuhan memberikan saya kebebasan untuk menentukan hidup saya.
Sahabat Tycooner, pernahkah Anda berfikir dan merenung, membandingkan kehidupan Anda 5-10 tahun yang lalu dengan hari ini. Banyak diantara kita, antara kehidupan 5-10 tahun yang lalu, dengan hari ini tidak banyak mengalami perubahan, alias sama aja. Sementara itu, ada beberapa orang yang kehidupannya jauh sekali berbeda dalam kurun waktu yang sama.
24 tahun yang lalu, nasib saya sama dengan Bill Gates. Sama-sama putus sekolah alias Drop-out, tapi saat ini, posisinya jauh berbeda. Kenapa ada orang yang berhasil dan kenapa ada orang yang jalan ditempat. Bedanya cuma mimpi dan tindakannya.
Sama seperti ketika Anda naik mobil, tapi Anda tidak tahu mau pergi kemana, maka sudah hampir dipastikan mobil itu tidak akan bergerak kemanapun, paling cuma muter atau maju disekitar itu aja. Tapi, begitu anda mempunyai tujuan, misalnya dari Bandung ke Bogor. Maka mobil tersebut akan bergerak menuju Bogor, masalah bergeraknya lewat Puncak, Tol Cipularang, mampir dulu ke Semarang, atau nyampenya 2 jam, 20 jam, 2 hari, bahkan 2 bulan, itu bukan urusan kita, itu urusannya Tuhan. Dia tahu jalan yang terbaik, tercepat dan termudah bagi kita.
Begitupun dengan Anda, begitu Anda menetapkan sebuah tujuan. Maka seluruh tubuh Anda, alam bawah sadar Anda, pikiran Anda, secara tanpa disadari akan bergerak kearah tujuan tersebut. Kapan dan bagaimana itu terwujud, hanya Tuhanlah yang tahu, lepaskan saja, kewajiban Anda adalah menetapkan tujuan dan melakukan tindakan yang searah dengan tujuan Anda.
Cobalah untuk merenung sejenak, dan mencari tahu. Sebetulnya apa sih yang Anda inginkan dalam hidup ini? kehidupan seperti apa yang Anda mimpikan 5-10 tahun yang akan datang? Definisikanlah dengan jelas dan terukur. Dan jangan pernah mimpi Anda itu dihubung-hubungkan dengan kondisi Anda hari ini, karena memang tidak Ada hubungannya dan tidak pernah ada hubungannya.
Contoh:
“Saya mau kaya” -> Tidak jelas, kaya apa?
“Saya berpenghasilan $100.000/bulan dari Internet Marketing” –> Jelas dan terukur
Saya percaya Anda bisa menjadi apapun yang Anda fikirkan, jadi ketika Anda merenungkan tujuan/mimpi Anda, lepaskanlah…. Jangan hubung-hubungkankan dengan kondisi Anda saat ini, karena memang tidak ada hubungannya…. Dan ingat, jangan pernah pikirkan bagaimana itu akan terjadi… Kemudian tuliskan… ya… tuliskan….
Kalau kata mentor favorit saya Jack Canfield: “Tulis dan buatlah seolah-olah itu sudah terjadi….”
Sahabat Tycooner sekalian, orang besar lahir dari mimpi yang besar. Saya ingin sedikit sharing pengalaman pribadi saya. Alhamdulillah di tahun 2007, Tuhan memberikan saya sebuah pengalaman yang luar biasa dalam kehidupan saya. Tuhan menarik saya ke titik terendah, bukan balik lagi ke NOL tapi minus 5 Milyar. Tapi saya yakin saat itu bukanlah musibah, tapi sebuah ancang-ancang untuk sesuatu yang lebih tinggi dan jauh. Saat itu saya pernah menulis seperti ini, dan saya masih simpan sampai saat ini:
Coba Anda bayangkan, saat saya tulis ini, saya tidak pernah tahu bahwa 250jt/bulan itu dapat dari Internet Marketing macem apa? Boro-boro tahu ClickBank…. Adsense aja ngeraba-raba…. Tapi, Alhamdulillah 2010 terwujud bahkan lebih, dan sebagian dari ClickBank yg saya tidak pernah tahu sebelumnya.
Kemudian yang kedua (menjadi seorang pembicara seminar), saya tidak pernah tahu bahwa itu akan terjadi dengan KebunEMAS, belum ada waktu itu KebunEMAS. Kepikiran aja nggak…. Saya tidak menyangka bahwa point 2 terwujud dari yang namanya KebunEMAS.
Saya baru menyadarinya sekarang, bahwa benar, bagaimana itu terjadi itu bukan urusan kita, itu urusan Tuhan, yang bisa kita lakukan adalah menetapkan tujuan dan melakukan tindakan yang searah dengan tujuan/mimpi kita.
Saya ingat, bahwa memang saya tidak pernah berhenti untuk belajar IM dari siapapun, dimanapun, tanpa berhenti dan merasa bosan atau putus asa. Hal yang Kedua, kalau diminta ngisi seminar atau workshop Entrepreneur University, mau dibayar atau tidak, atau di kota manapun juga undangannya sampai ke pelosok-pelosok, saya selalu berusaha untuk datang…. Itulah mungkin yang mempercepat mimpi saya terwujud, ketekunan mengalahkan kepintaran. Melakukan tindakan yang searah dgn tujuan/mimpi kita…
Jadi, kesimpulannya adalah, apa yang terjadi dgn diri kita hari ini, adalah apa yang pernah kita fikirkan sadar atau tidak sadar sebelumnya. Oleh karena itu, saya sering kali sedih dan prihatin ketika melihat beberapa rekan-rekan yang sering menulis baik di status baik Facebook maupun Twitter, isinya mengeluh, menyalahkan keadaan, orang lain dsb. Hmmm… menurut saya itu sama saja seperti bilang begini: Ya Tuhan aku ingin seperti itu !!! Kita sendiri koq yang menciptakan hidup kita, Tuhan hanya memfasilitasi saja. Oleh karena itu hati-hatilah dalam berucap dan berfikir. Selalu berfikir dan bertindak positif, tidak pernah ada yang salah dgn kejadian yang kita alami, yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi kejadian itu. Makanya ada salah satu firman Tuhan yang mengatakan: Aku ini seperti prasangka hamba Ku….
Saya sendiri sering teringat dgn Al Quran Surat Al Qalam ayat 1-6, yang singkatnya kurang lebih begini:
“— Nun, Demi kalam dan apa yg mereka TULIS, berkat nikmat Tuhanmu Kamu sekali-kali bukan orang gila. Maka kelak engkau akan melihat dan orang-orang lainpun akan melihat, siapa diantara kamu yg gila… —”
Buat saya Surat ini sangat menginspirasi saya… tuliskan… walaupun kalau ada orang yang melihat apa yang kita tulis kita akan dikatakan “gila” saat itu… Tapi suatu hari nanti, siapa diantara kamu yg gila….. very like this….
Tulisan ini saya ambil dari tulisan saya yang sama di Forum www.RepublikTycoon.com karena menurut saya kesuksesan itu 80% berasal dari fikiran dan 20% baru teknis. Seringkali tanpa disadari fikiran kita justru membuat sesuatu yang tidak kita inginkan malah terjadi….
Sekali lagi, tidak pernah ada yang salah dengan keputusan Anda, semuanya BENAR. Walaupun saat ini Anda merasa keputusan itu salah, tapi suatu saat nanti, Anda akan mengatakan bahwa keputusan itu BENAR. Yang salah itu, tidak pernah memutuskan. Tuhan tahu jalan terbaik untuk kita dan Tuhan tidak pernah salah dalam memberi, yang ada kita salah dalam menyikapi….
Di ambil dari salah satu posting saya di forum Mindset pada foorum www.RepublikTycoon.com
Read More
Sabtu
Published 05:19 by admin
VIVAnews - Bagi sebagian orang, menyantap makanan tanpa kehadiran kerupuk terasa kurang. Makanan kecil renyah yang menjadi teman bersantap ini bila ditekuni, mendatangkan keuntungan tak sedikit.
Dari usaha kerupuk, H Badrun (50), berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana.
Sejak berusia 10 tahun, Badrun sudah bekerja di sebuah perusahaan kerupuk di Semarang mengikuti seorang majikan. Badrun hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas dua Sekolah Dasar. Selang beberapa tahun, selain bekerja di rumah diperbolehkan untuk ke perusahaan kerupuk.
Lima tahun Badrun belajar bisnis kerupuk. Mulai pengolahan bahan baku, produksi, hingga pemasaran semua dipelajari. Sehingga timbul keinginan Badrun membuat usaha kerupuk sendiri.
Pada 1979, saat berusia 20 tahun, Badrun memulai usahanya dan pindah ke Kudus. Bersama istrinya, dia pindah ke Kecamatan Jati. Bermodalkan beberapa ekor sapi, hasil kerjanya, bersama istri dan satu orang pekerja ia mulai merintis usahanya.
Badrun dan istrinya sendiri yang menawarkan aneka kerupuk matang ke warung dan toko. Sedangkan kerupuk mentah sebagian ia jual ke pasar atau dititipkan ke warung-warung.
Beberapa bulan berjalan, usaha berkembang dari rumah kontrakan menjadi pabrik kerupuk. Kini usahanya mempekerjakan 100 orang di bagian produksi, hingga pemasaran. Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus, Jawa Tengah kini terkenal sebagai basis pembuatan berbagai jenis kerupuk.
Usai tiga dasawarsa, omzetnya kini beranak pinak. Badrun bisa meraih omzet Rp 150 juta atau Rp 1,8 miliar per tahun. Setelah malang melintang di sebagai produsen kerupuk, Badrun merambah usaha lainnya. Pria yang juga menyekolahkan semua anak-anaknya hingga perguruan tinggi ini memasok bahan baku kerupuk seperti tepung tapioka kepada produsen lainnya.
Untuk memenangkan persaingan dengan tumbuhnya industri kerupuk, Badrun punya strategi sendiri. Dengan memasok bahan baku ke produsen lain membuat produsen bergantung kepadanya. Jika pesaingnya tak mau, dia akan mendirikan pabrik di dekat pabrik kerupuk tersebut.
Sampai kini, Badrun memiliki 30 cabang seperti dari Jakarta, Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah. Pemasaran utama kerupuknya adalah kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bekasi, Tangerang, Cikampek, Banten, Purwakarta, Cirebon, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Blora , Semarang, Rembang, dan Ngawi.
Setiap cabang ia percayakan kepada karyawan. Sedangkan pembukuan dan administrasi dipegang oleh anak-anaknya. Sejak 1990an, ia menjalankan usahanya di bawah kendali UD Ban.
Meskipun bisnisnya menggurita di berbagai kota, Badrun tak mau lengah soal kualitas. Sebagai pemain yang sudah 30 tahun bergelut dengan bisnis kriuk-kriuk ini, bagi Badrun kualitas terbaik merupakan kunci kepercayaan konsumen.
Ia tetap memilih bahan baku berkualitas seperti tapioka, terasi, dan garam. Badrun memodifikasi oven yang dipakai saat cuaca hujan, sehingga penjemuran tetap terjaga.
Setelah Pulau Jawa, ia kini tengah melebarkan usaha hingga ke Timur Indonesia. Bermacam jenis kerupuk mentah hasil produksinya kini juga bisa diperoleh di Kalimantan dan Papua. hadi.suprapto@vivanews.com
Read More
Dari usaha kerupuk, H Badrun (50), berhasil menyekolahkan anak-anaknya hingga sarjana.
Sejak berusia 10 tahun, Badrun sudah bekerja di sebuah perusahaan kerupuk di Semarang mengikuti seorang majikan. Badrun hanya menyelesaikan pendidikan sampai kelas dua Sekolah Dasar. Selang beberapa tahun, selain bekerja di rumah diperbolehkan untuk ke perusahaan kerupuk.
Lima tahun Badrun belajar bisnis kerupuk. Mulai pengolahan bahan baku, produksi, hingga pemasaran semua dipelajari. Sehingga timbul keinginan Badrun membuat usaha kerupuk sendiri.
Pada 1979, saat berusia 20 tahun, Badrun memulai usahanya dan pindah ke Kudus. Bersama istrinya, dia pindah ke Kecamatan Jati. Bermodalkan beberapa ekor sapi, hasil kerjanya, bersama istri dan satu orang pekerja ia mulai merintis usahanya.
Badrun dan istrinya sendiri yang menawarkan aneka kerupuk matang ke warung dan toko. Sedangkan kerupuk mentah sebagian ia jual ke pasar atau dititipkan ke warung-warung.
Beberapa bulan berjalan, usaha berkembang dari rumah kontrakan menjadi pabrik kerupuk. Kini usahanya mempekerjakan 100 orang di bagian produksi, hingga pemasaran. Desa Ploso, Kecamatan Jati, Kudus, Jawa Tengah kini terkenal sebagai basis pembuatan berbagai jenis kerupuk.
Usai tiga dasawarsa, omzetnya kini beranak pinak. Badrun bisa meraih omzet Rp 150 juta atau Rp 1,8 miliar per tahun. Setelah malang melintang di sebagai produsen kerupuk, Badrun merambah usaha lainnya. Pria yang juga menyekolahkan semua anak-anaknya hingga perguruan tinggi ini memasok bahan baku kerupuk seperti tepung tapioka kepada produsen lainnya.
Untuk memenangkan persaingan dengan tumbuhnya industri kerupuk, Badrun punya strategi sendiri. Dengan memasok bahan baku ke produsen lain membuat produsen bergantung kepadanya. Jika pesaingnya tak mau, dia akan mendirikan pabrik di dekat pabrik kerupuk tersebut.
Sampai kini, Badrun memiliki 30 cabang seperti dari Jakarta, Jawa Barat hingga ke Jawa Tengah. Pemasaran utama kerupuknya adalah kota seperti Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Cianjur, Bekasi, Tangerang, Cikampek, Banten, Purwakarta, Cirebon, Pemalang, Pekalongan, Brebes, Blora , Semarang, Rembang, dan Ngawi.
Setiap cabang ia percayakan kepada karyawan. Sedangkan pembukuan dan administrasi dipegang oleh anak-anaknya. Sejak 1990an, ia menjalankan usahanya di bawah kendali UD Ban.
Meskipun bisnisnya menggurita di berbagai kota, Badrun tak mau lengah soal kualitas. Sebagai pemain yang sudah 30 tahun bergelut dengan bisnis kriuk-kriuk ini, bagi Badrun kualitas terbaik merupakan kunci kepercayaan konsumen.
Ia tetap memilih bahan baku berkualitas seperti tapioka, terasi, dan garam. Badrun memodifikasi oven yang dipakai saat cuaca hujan, sehingga penjemuran tetap terjaga.
Setelah Pulau Jawa, ia kini tengah melebarkan usaha hingga ke Timur Indonesia. Bermacam jenis kerupuk mentah hasil produksinya kini juga bisa diperoleh di Kalimantan dan Papua. hadi.suprapto@vivanews.com
Jumat
Published 18:13 by admin

Kira2 maennya di stadion mana ya...? masak cuma GBK Jakarta aja...? Gima menurut teman2? (kreatif tenan yang punya ide Indonesia jadi tuan rumah FIFA World Cup 2038... salut buat KDRI)
Minggu
Published 03:20 by admin
Renyahnya Laba Bisnis Tahu Organik.
Bisnis makanan yang merakyat bisa memberi keuntungan yang tidak sedikit. Salah satunya yang dijalankan Rudik Setiawan, 26, pemuda asal Singosari, Kabupaten Malang. Dengan keuletan yang dimilikinya, Rudik kini memiliki pabrik tahu untuk melayani konsumen menengah ke atas di sejumlah pasar tradisional.
SIAPA yang tidak mengenal tahu? Selama ini, tahu identik sebagai makanan rakyat kelas bawah dan hanya populer dijual di pasar-pasar tradisional. Akan tetapi, Rudik mencoba mengemas makanan olahan berbahan baku kedelai itu menjadi lebih menarik, terutama untuk kalangan menengah ke atas. Dia memperkenalkan produk yang lain daripada biasanya, yakni tahu organik serta panganan olahan lain berbahan baku kedelai.
Dia mengisahkan, bisnis tahu sudah lama dijalankan, yaitu ketika masih di bangku sekolah. Dia bersama teman satu kampung memulai bisnis tahu pada 2001 saat baru berumur 17 tahun. Waktu itu, karena pengalaman yang minim, dia hanya sebagai investor sehingga sebagian besar uang untuk mengembangkan bisnis berasal darinya. ''Uangnya pun saya pinjam dari tetangga Rp 25 juta. Jadi, bukan murni milik sendiri,'' katanya saat ditemui di tempat usahanya di Desa Klampok RW II/RT IV, Singosari, Kabupaten Malang, pekan lalu.
Mengapa memilih berbisnis tahu? Pemuda sederhana tersebut menjelaskan, tahu sudah lama dikenal di masyarakat. Selain itu, kondisi alam mungkin untuk melakukan bisnis tahu. Dia menguraikan, di sekitar tempat tinggalnya, banyak ditemukan sumber air dengan produksi air relatif besar. ''Sementara tahu membutuhkan banyak air untuk memperoleh hasil yang maksimal,'' ucap pria yang sudah dikaruniai dua anak itu.
Setelah tiga tahun menjalani bisnis bersama, Rudik memutuskan untuk keluar dan menekuni bisnis sendiri. Namun, dia tetap serius berbisnis tahu. Dia menyatakan tidak susah memperkenalkan tahu. Sebab, sebagai makanan populer, sudah banyak yang mengonsumsi tahu. ''Siapa sih yang tidak kenal tahu, lalu pada 2004 saya mulai menjalani bisnis industri tahu sendiri,'' ujar pria yang masih berstatus mahasiswa S-2 agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Tetapi, usaha yang dijalani itu tidak semulus yang dibayangkan. Rudik membuat berbagai inovasi untuk membuat kinerja industri rumah tangganya berjalan efisien. Mulai jam kerja karyawan, penataan ruangan pabrik, sampai peralatan yang dipakai. Suami Suliyastuti itu berpendapat, karyawan akan bekerja maksimal kalau jam kerja diatur sedemikian rupa.
''Sebab, kalau dibiarkan bekerja siang sampai malam, mereka malah kecapekan dan tidak memiliki waktu berkumpul dengan keluarga. Nah, karena itu, saya mengembangkan sistem setengah hari kerja, tapi tahu yang dijual tetap fresh karena dua kali kirim, yakni pagi dan sore,'' ucapnya. Dia mempekerjakan 13 karyawan di bagian produksi, lima orang sales, dan 22 orang untuk memasarkan khusus di pasar tradisional.
Selain itu, dia menata peralatan, seperti alat untuk menggiling kedelai, tungku untuk proses penguapan, sampai rak untuk tahu yang sudah jadi, secara berurutan. Dia juga memperluas ruangan tempat pembuatan tahu tersebut. Dengan mengandalkan ilmu yang dipelajari semasa kuliah, Rudik memodifikasi peralatan menggiling sehingga dapat menekan biaya produksi.
''Biasanya, masa kerja alat penggiling itu pendek karena memakai batu yang lama kelamaan bisa tergerus dan habis saat proses giling. Apalagi harga belinya relatif mahal mencapai Rp 1,5 juta. Lalu, saya pun memodifikasi sehingga cukup Rp 300 ribu, alat penggiling bisa dipakai 5-6 bulan,'' jelas pria yang meraih gelar sarjana di Jurusan Matematika Universitas Brawijaya, Malang, itu.
Alhasil, industri tahu yang dikembangkan berjalan lancar. Pada 2007, Rudik mulai beralih memakai bahan baku kedelai organik. ''Sudah lebih dua tahun memakai bahan baku organik. Dari hasil riset, akhirnya bisa menghasilkan tahu organik Pelangi. Lalu, sampai sekarang hampir semua produk berbahan baku kedelai organik,'' kata dia.
Menurut dia, pemakaian organik tersebut merupakan inovasi baru dan belum banyak yang mengembangkan. Apalagi, istilah organik bisa menggaet konsumen dari kalangan menengah ke atas. Dia mengatakan akan terus memakai kedelai organik, meski harga per kg relatif lebih mahal daripada kedelai lokal maupun impor. Rudik menyebutkan, harga kedelai organik bisa mencapai Rp 6.400 per kg. Sementara itu, harga kedelai lokal dan impor hanya Rp 5.000 per kg.
''Apalagi saat ini sedang panen raya sehingga harga kedelai terus turun,'' ujar dia. Hampir sebagian besar bahan baku kedelai organik diambil dari Malang dan Pasuruan. Akan tetapi, untuk tahun ini dia mencoba menerapkan pola kemitraan dengan Lembaga Insan Indonesia Sejahtera (LIIIS) Madani. Lahan penanaman kedelai organik direncanakan berlokasi di Madura.
Dia menyatakan setiap hari bisa menghabiskan empat kuintal kedelai untuk menghasilkan 2.000-2.500 potong tahu. Akan tetapi, ketika permintaan melonjak seperti momen Lebaran , jumlahnya bisa mencapai 6 kuintal. Dia membagi produksi tahunya itu dalam tahu iris besar, iris kecil, dan stik tahu.
Rudik menjelaskan, harga tahu iris besar Rp 1.700-Rp 2.000 per potong untuk industri makanan yang biasanya diolah kembali dan iris kecil Rp 2.000-Rp 2.500 per potong untuk konsumsi rumah tangga. ''Selain itu, menjual potongan tahu bagian pinggir atau disebut stik tahu. Sebenarnya, sisa potongan tahu, tapi banyak yang minta, baik dari industri makanan maupun rumah tangga,'' katanya. Harga tiap 400 gram Rp 1.500.
Agar lebih menarik, tahu miliknya dijual dalam kemasan bermerek Pelangi. Dia menyatakan, kemasan memang membuat biaya produksi bertambah. Tapi, menurut Rudik, itu malah bisa mendongkrak penjualan. ''Bukan hanya memberi nilai tambah dalam memasarkan, terutama untuk konsumen kalangan menengah ke atas. Tapi, adanya kemasan tentu memudahkan konsumen dalam menyimpan tahu. Dalam suhu tertentu bisa awet sampai seminggu,'' tuturnya.
Dia menyebutkan, keuntungannya terus meningkat. Saat ini, rata-rata tiap hari bisa mengantongi Rp 3 juta-Rp 4 juta per hari. Sementara itu, dua tahun lalu per hari hanya bisa mendapatkan 1,5 juta. ''Setelah dikurangi bahan baku yang mencapai 50 persen dan biaya operasional 30 persen, saya mengambil keuntungan 15-20 persen,'' ujarnya.
Sementara itu, untuk pemasaran, dia mengatakan, sebagian besar tahunya dijual ke sepuluh pasar tradisional di sekitar Malang. Bahkan, sekarang produknya disukai konsumen di Jakarta.''Beberapa minggu terakhir, saya menerima pesanan dari Jakarta sebanyak 100 bungkus,'' ujarnya. (*/kim)
Tentang Rudik
Nama : Rudik Setiawan
Kelahiran : Malang, 4 Oktober 1984
Usaha : Industri Tahu RDS di Desa Klampok RW II/RT IV Singosari
Kabupaten Malang
Pendidikan :
2002-2008 - S1 Matematika Universitas Brawijaya
2009- sekarang - S2 Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Penghargaan :
-Juara II kategori mahasiswa tingkat Malang Dji Sam Soe Award 2005
- Juara II kategori mahasiswa pascasarjana bidang industri dan jasa tingkat nasional
Wirausaha Muda Mandiri 2009
Read More
Bisnis makanan yang merakyat bisa memberi keuntungan yang tidak sedikit. Salah satunya yang dijalankan Rudik Setiawan, 26, pemuda asal Singosari, Kabupaten Malang. Dengan keuletan yang dimilikinya, Rudik kini memiliki pabrik tahu untuk melayani konsumen menengah ke atas di sejumlah pasar tradisional.
SIAPA yang tidak mengenal tahu? Selama ini, tahu identik sebagai makanan rakyat kelas bawah dan hanya populer dijual di pasar-pasar tradisional. Akan tetapi, Rudik mencoba mengemas makanan olahan berbahan baku kedelai itu menjadi lebih menarik, terutama untuk kalangan menengah ke atas. Dia memperkenalkan produk yang lain daripada biasanya, yakni tahu organik serta panganan olahan lain berbahan baku kedelai.
Dia mengisahkan, bisnis tahu sudah lama dijalankan, yaitu ketika masih di bangku sekolah. Dia bersama teman satu kampung memulai bisnis tahu pada 2001 saat baru berumur 17 tahun. Waktu itu, karena pengalaman yang minim, dia hanya sebagai investor sehingga sebagian besar uang untuk mengembangkan bisnis berasal darinya. ''Uangnya pun saya pinjam dari tetangga Rp 25 juta. Jadi, bukan murni milik sendiri,'' katanya saat ditemui di tempat usahanya di Desa Klampok RW II/RT IV, Singosari, Kabupaten Malang, pekan lalu.
Mengapa memilih berbisnis tahu? Pemuda sederhana tersebut menjelaskan, tahu sudah lama dikenal di masyarakat. Selain itu, kondisi alam mungkin untuk melakukan bisnis tahu. Dia menguraikan, di sekitar tempat tinggalnya, banyak ditemukan sumber air dengan produksi air relatif besar. ''Sementara tahu membutuhkan banyak air untuk memperoleh hasil yang maksimal,'' ucap pria yang sudah dikaruniai dua anak itu.
Setelah tiga tahun menjalani bisnis bersama, Rudik memutuskan untuk keluar dan menekuni bisnis sendiri. Namun, dia tetap serius berbisnis tahu. Dia menyatakan tidak susah memperkenalkan tahu. Sebab, sebagai makanan populer, sudah banyak yang mengonsumsi tahu. ''Siapa sih yang tidak kenal tahu, lalu pada 2004 saya mulai menjalani bisnis industri tahu sendiri,'' ujar pria yang masih berstatus mahasiswa S-2 agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Tetapi, usaha yang dijalani itu tidak semulus yang dibayangkan. Rudik membuat berbagai inovasi untuk membuat kinerja industri rumah tangganya berjalan efisien. Mulai jam kerja karyawan, penataan ruangan pabrik, sampai peralatan yang dipakai. Suami Suliyastuti itu berpendapat, karyawan akan bekerja maksimal kalau jam kerja diatur sedemikian rupa.
''Sebab, kalau dibiarkan bekerja siang sampai malam, mereka malah kecapekan dan tidak memiliki waktu berkumpul dengan keluarga. Nah, karena itu, saya mengembangkan sistem setengah hari kerja, tapi tahu yang dijual tetap fresh karena dua kali kirim, yakni pagi dan sore,'' ucapnya. Dia mempekerjakan 13 karyawan di bagian produksi, lima orang sales, dan 22 orang untuk memasarkan khusus di pasar tradisional.
Selain itu, dia menata peralatan, seperti alat untuk menggiling kedelai, tungku untuk proses penguapan, sampai rak untuk tahu yang sudah jadi, secara berurutan. Dia juga memperluas ruangan tempat pembuatan tahu tersebut. Dengan mengandalkan ilmu yang dipelajari semasa kuliah, Rudik memodifikasi peralatan menggiling sehingga dapat menekan biaya produksi.
''Biasanya, masa kerja alat penggiling itu pendek karena memakai batu yang lama kelamaan bisa tergerus dan habis saat proses giling. Apalagi harga belinya relatif mahal mencapai Rp 1,5 juta. Lalu, saya pun memodifikasi sehingga cukup Rp 300 ribu, alat penggiling bisa dipakai 5-6 bulan,'' jelas pria yang meraih gelar sarjana di Jurusan Matematika Universitas Brawijaya, Malang, itu.
Alhasil, industri tahu yang dikembangkan berjalan lancar. Pada 2007, Rudik mulai beralih memakai bahan baku kedelai organik. ''Sudah lebih dua tahun memakai bahan baku organik. Dari hasil riset, akhirnya bisa menghasilkan tahu organik Pelangi. Lalu, sampai sekarang hampir semua produk berbahan baku kedelai organik,'' kata dia.
Menurut dia, pemakaian organik tersebut merupakan inovasi baru dan belum banyak yang mengembangkan. Apalagi, istilah organik bisa menggaet konsumen dari kalangan menengah ke atas. Dia mengatakan akan terus memakai kedelai organik, meski harga per kg relatif lebih mahal daripada kedelai lokal maupun impor. Rudik menyebutkan, harga kedelai organik bisa mencapai Rp 6.400 per kg. Sementara itu, harga kedelai lokal dan impor hanya Rp 5.000 per kg.
''Apalagi saat ini sedang panen raya sehingga harga kedelai terus turun,'' ujar dia. Hampir sebagian besar bahan baku kedelai organik diambil dari Malang dan Pasuruan. Akan tetapi, untuk tahun ini dia mencoba menerapkan pola kemitraan dengan Lembaga Insan Indonesia Sejahtera (LIIIS) Madani. Lahan penanaman kedelai organik direncanakan berlokasi di Madura.
Dia menyatakan setiap hari bisa menghabiskan empat kuintal kedelai untuk menghasilkan 2.000-2.500 potong tahu. Akan tetapi, ketika permintaan melonjak seperti momen Lebaran , jumlahnya bisa mencapai 6 kuintal. Dia membagi produksi tahunya itu dalam tahu iris besar, iris kecil, dan stik tahu.
Rudik menjelaskan, harga tahu iris besar Rp 1.700-Rp 2.000 per potong untuk industri makanan yang biasanya diolah kembali dan iris kecil Rp 2.000-Rp 2.500 per potong untuk konsumsi rumah tangga. ''Selain itu, menjual potongan tahu bagian pinggir atau disebut stik tahu. Sebenarnya, sisa potongan tahu, tapi banyak yang minta, baik dari industri makanan maupun rumah tangga,'' katanya. Harga tiap 400 gram Rp 1.500.
Agar lebih menarik, tahu miliknya dijual dalam kemasan bermerek Pelangi. Dia menyatakan, kemasan memang membuat biaya produksi bertambah. Tapi, menurut Rudik, itu malah bisa mendongkrak penjualan. ''Bukan hanya memberi nilai tambah dalam memasarkan, terutama untuk konsumen kalangan menengah ke atas. Tapi, adanya kemasan tentu memudahkan konsumen dalam menyimpan tahu. Dalam suhu tertentu bisa awet sampai seminggu,'' tuturnya.
Dia menyebutkan, keuntungannya terus meningkat. Saat ini, rata-rata tiap hari bisa mengantongi Rp 3 juta-Rp 4 juta per hari. Sementara itu, dua tahun lalu per hari hanya bisa mendapatkan 1,5 juta. ''Setelah dikurangi bahan baku yang mencapai 50 persen dan biaya operasional 30 persen, saya mengambil keuntungan 15-20 persen,'' ujarnya.
Sementara itu, untuk pemasaran, dia mengatakan, sebagian besar tahunya dijual ke sepuluh pasar tradisional di sekitar Malang. Bahkan, sekarang produknya disukai konsumen di Jakarta.''Beberapa minggu terakhir, saya menerima pesanan dari Jakarta sebanyak 100 bungkus,'' ujarnya. (*/kim)
Tentang Rudik
Nama : Rudik Setiawan
Kelahiran : Malang, 4 Oktober 1984
Usaha : Industri Tahu RDS di Desa Klampok RW II/RT IV Singosari
Kabupaten Malang
Pendidikan :
2002-2008 - S1 Matematika Universitas Brawijaya
2009- sekarang - S2 Agribisnis Universitas Muhammadiyah Malang
Penghargaan :
-Juara II kategori mahasiswa tingkat Malang Dji Sam Soe Award 2005
- Juara II kategori mahasiswa pascasarjana bidang industri dan jasa tingkat nasional
Wirausaha Muda Mandiri 2009
Sabtu
Published 01:52 by admin
Kalau Anda ke Malang, jangan lupa beli keripik tempe. Pesan singkat dari mulut ke mulut itulah yang membuat Haji Ikrom tak menyangka kalau keripik tempe Abadi-nya bisa melanglang buana hingga ke Amerika Serikat. Ia pun semakin percaya diri untuk terus mengembangkan bisnis yang telah dirintis bersama istrinya sejak tahun 1970.
Cerita soal keripik tempe sampai ke Negeri Abang Sam itu berawal dari surat PT Fajar Jaya di Jakarta yang ditujukan kepada Ikrom pada 1997 lalu. Dalam suratnya, pimpinan Fajar Jaya melampirkan surat dari koleganya di Amerika yang ingin mencari info tentang keripik tempe Abadi. Si kolega ini mengaku kesengsem dengan produk Ikrom ketika ia berkunjung ke Malang beberapa ta-hun sebelumnya
Kemudian, pihak Fajar Jaya menemui Ikrom dan memintanya untuk mengekspor keripik tempe ke Amerika. Awalnya, pengiriman produk hanya berkisar 50 kilogram saja. Namun, lama-kelamaan permintaan meningkat hingga 150 kilogram tiap kali kirim. Dus, hingga kini, urusan ekspor sepenuhnya ditangani Fajar Jaya. Permintaan pengiriman minimal dua bulan sekali. Nilainya sudah mencapai ratusan juta rupiah.
Kisah sukses lain dari Ikrom adalah tatkala pro-duknya masuk dalam buku panduan hotel-hotel papan atas di Kota Malang sebagai camilan berkelas. Tak jarang pihak hotel membawa tamu-tamunya berkunjung ke outlet Abadi di kawasan Ciliwung karena ingin membeli keripik tempe sebagai oleh-oleh. Tak hanya wisatawan domestik, tapi juga dari mancanegara, ujar kakek delapan cucu yang kini berusia sekitar 80 tahun ini.
PENSIUNAN TENTARA
Prestasi itulah yang menjadikan namanya terkenal dan masuk dalam deretan pengusaha terkemuka di Malang. Namun, tetap saja ada kisah sedih, tatkala ia ditipu salah satu agen di Jakarta pada 1985. Kerugiannya sekitar Rp 100 juta rupiah. Toh, semua itu dilakoni Ikrom dengan tabah, dianggap sebagai salah satu ujian.
Yang pasti, hanya sedikit yang tahu kalau ia pensiunan tentara berpangkat terakhir peltu (pembantu letnan satu) dari kesatuan Korem 083 Baladhika Jaya Malang. Empat tahun menjelang pensiun, ia sudah ancang-ancang, mencari usaha yang bisa menghidupi istri dan keempat anaknya selain dari uang pensiunan. Karena di lingkungannya banyak produsen tempe, akhirnya ia mencoba membuat keripik tempe.
Ikrom bersama istrinya (almarhumah) Sumiatun bahu-membahu mengembangkan usaha dengan modal awal Rp 500 ribu. Merek Abadi merupakan ide ayah mertuanya, S.M. Tohir, bekas agen koran Abadi yang dibredel pemerintah. Produksi pertamanya sekitar 5 kilogram. Itu pun yang 1 kilogram dibagi-bagikan ke tetangganya, untuk mencari tahu tingkat kelezatan keripik tempe buatan sang istri.
Setelah rasanya dinyatakan yahud, layak jual, Ikrom mulai berani memasarkan produknya. Selepas zuhur, dengan diantar becak, ia menuju ke pasar, toko-toko, dan rumah-rumah makan untuk menitipkan keripik. Menjelang magrib baru ia pulang ke rumah. Lalu, setiap hari Minggu, Ikrom memasarkan keripik ke Surabaya. Itu dilakukan terus-menerus hingga pasarnya berkembang sampai ke Jakarta dan Bali.
PER HARI 6 KUINTAL
Sebagai manusia, Ikrom tetap saja tidak puas dengan hasil yang diperoleh. Ia terus berkreasi sehingga terciptalah produk selain keripik tempe: mulai dari keripik nangka, bayam, apel, salak, belut, hingga bekicot. Kini, produknya itu tertata rapi di etalase outlet-nya. Harga yang dipatok pun tergolong murah, dari Rp 4.000 untuk keripik bayam hingga Rp 10.500 untuk keripik tempe spesial berukuran 500 gram.
Meski demikian, kata pengurus takmir masjid di kampungnya itu, keripik dari aneka macam bahan tersebut hanyalah variasi saja. Produk utamanya tetap keripik tempe yang rata-rata volume produksinya mencapai 6 kuintal per hari. Sedangkan omzetnya mencapai Rp 3-4 juta per hari. Omzet ini akan naik pesat pada hari raya dan musim liburan. Seperti Lebaran tahun kemarin, ruas jalan di depan outlet Ikrom macet total dipenuhi mobil-mobil para pemudik yang hendak menyerbu keripik Abadi. Luar biasa bukan?
Kini, outlet Haji Ikrom kelihatan bersih dan rapi. Ruangan yang menebar aroma wangi itu berlantai putih mengilat. Di etalase, berjajar rapi berbagai jenis keripik. Karyawannya pun membengkak menjadi 17 orang, 8 orang bagian penggorengan, 3 orang bagian pembungkusan, 4 orang bagian pengirisan, dan 2 orang bertindak sebagai tenaga pengantar atau pemasaran. Bukan itu saja. Bahan baku yang berupa tempe mentah itu telah diproduksi sendiri di salah satu rumah Haji Ikrom di Jalan Batu Bara 87, Malang.
Dan, yang membuat mantan tentara ini bangga, peralatan pembuat tempe keripik di perusahaan Abadi ini tidaklah tradisional lagi. Bila dulu tempe diiris secara manual, kini dengan mesin otomatis. Dulu mereka menggoreng dengan bantuan kompor minyak tanah, kini dengan kompor gas. Dalam pembuatan tempe, sekarang ada mesin khusus untuk mengupas kulit kedelai, tak lagi dengan cara diinjak-injak.
Begitu pun untuk menutup plastik kemasan, tidak menggunakan lilin lagi, tapi dengan alat pres tersendiri. Karena itu, kemasannya lebih rapi. Tak heran jika banyak pejabat Kota Malang menjadi pelanggan tetapnya. Sekarang, Haji Ikrom tinggal menuai buah kerja kerasnya merintis usaha keripik tempe yang kini dikelola keempat anaknya.
Read More
Cerita soal keripik tempe sampai ke Negeri Abang Sam itu berawal dari surat PT Fajar Jaya di Jakarta yang ditujukan kepada Ikrom pada 1997 lalu. Dalam suratnya, pimpinan Fajar Jaya melampirkan surat dari koleganya di Amerika yang ingin mencari info tentang keripik tempe Abadi. Si kolega ini mengaku kesengsem dengan produk Ikrom ketika ia berkunjung ke Malang beberapa ta-hun sebelumnya
Kemudian, pihak Fajar Jaya menemui Ikrom dan memintanya untuk mengekspor keripik tempe ke Amerika. Awalnya, pengiriman produk hanya berkisar 50 kilogram saja. Namun, lama-kelamaan permintaan meningkat hingga 150 kilogram tiap kali kirim. Dus, hingga kini, urusan ekspor sepenuhnya ditangani Fajar Jaya. Permintaan pengiriman minimal dua bulan sekali. Nilainya sudah mencapai ratusan juta rupiah.
Kisah sukses lain dari Ikrom adalah tatkala pro-duknya masuk dalam buku panduan hotel-hotel papan atas di Kota Malang sebagai camilan berkelas. Tak jarang pihak hotel membawa tamu-tamunya berkunjung ke outlet Abadi di kawasan Ciliwung karena ingin membeli keripik tempe sebagai oleh-oleh. Tak hanya wisatawan domestik, tapi juga dari mancanegara, ujar kakek delapan cucu yang kini berusia sekitar 80 tahun ini.
PENSIUNAN TENTARA
Prestasi itulah yang menjadikan namanya terkenal dan masuk dalam deretan pengusaha terkemuka di Malang. Namun, tetap saja ada kisah sedih, tatkala ia ditipu salah satu agen di Jakarta pada 1985. Kerugiannya sekitar Rp 100 juta rupiah. Toh, semua itu dilakoni Ikrom dengan tabah, dianggap sebagai salah satu ujian.
Yang pasti, hanya sedikit yang tahu kalau ia pensiunan tentara berpangkat terakhir peltu (pembantu letnan satu) dari kesatuan Korem 083 Baladhika Jaya Malang. Empat tahun menjelang pensiun, ia sudah ancang-ancang, mencari usaha yang bisa menghidupi istri dan keempat anaknya selain dari uang pensiunan. Karena di lingkungannya banyak produsen tempe, akhirnya ia mencoba membuat keripik tempe.
Ikrom bersama istrinya (almarhumah) Sumiatun bahu-membahu mengembangkan usaha dengan modal awal Rp 500 ribu. Merek Abadi merupakan ide ayah mertuanya, S.M. Tohir, bekas agen koran Abadi yang dibredel pemerintah. Produksi pertamanya sekitar 5 kilogram. Itu pun yang 1 kilogram dibagi-bagikan ke tetangganya, untuk mencari tahu tingkat kelezatan keripik tempe buatan sang istri.
Setelah rasanya dinyatakan yahud, layak jual, Ikrom mulai berani memasarkan produknya. Selepas zuhur, dengan diantar becak, ia menuju ke pasar, toko-toko, dan rumah-rumah makan untuk menitipkan keripik. Menjelang magrib baru ia pulang ke rumah. Lalu, setiap hari Minggu, Ikrom memasarkan keripik ke Surabaya. Itu dilakukan terus-menerus hingga pasarnya berkembang sampai ke Jakarta dan Bali.
PER HARI 6 KUINTAL
Sebagai manusia, Ikrom tetap saja tidak puas dengan hasil yang diperoleh. Ia terus berkreasi sehingga terciptalah produk selain keripik tempe: mulai dari keripik nangka, bayam, apel, salak, belut, hingga bekicot. Kini, produknya itu tertata rapi di etalase outlet-nya. Harga yang dipatok pun tergolong murah, dari Rp 4.000 untuk keripik bayam hingga Rp 10.500 untuk keripik tempe spesial berukuran 500 gram.
Meski demikian, kata pengurus takmir masjid di kampungnya itu, keripik dari aneka macam bahan tersebut hanyalah variasi saja. Produk utamanya tetap keripik tempe yang rata-rata volume produksinya mencapai 6 kuintal per hari. Sedangkan omzetnya mencapai Rp 3-4 juta per hari. Omzet ini akan naik pesat pada hari raya dan musim liburan. Seperti Lebaran tahun kemarin, ruas jalan di depan outlet Ikrom macet total dipenuhi mobil-mobil para pemudik yang hendak menyerbu keripik Abadi. Luar biasa bukan?
Kini, outlet Haji Ikrom kelihatan bersih dan rapi. Ruangan yang menebar aroma wangi itu berlantai putih mengilat. Di etalase, berjajar rapi berbagai jenis keripik. Karyawannya pun membengkak menjadi 17 orang, 8 orang bagian penggorengan, 3 orang bagian pembungkusan, 4 orang bagian pengirisan, dan 2 orang bertindak sebagai tenaga pengantar atau pemasaran. Bukan itu saja. Bahan baku yang berupa tempe mentah itu telah diproduksi sendiri di salah satu rumah Haji Ikrom di Jalan Batu Bara 87, Malang.
Dan, yang membuat mantan tentara ini bangga, peralatan pembuat tempe keripik di perusahaan Abadi ini tidaklah tradisional lagi. Bila dulu tempe diiris secara manual, kini dengan mesin otomatis. Dulu mereka menggoreng dengan bantuan kompor minyak tanah, kini dengan kompor gas. Dalam pembuatan tempe, sekarang ada mesin khusus untuk mengupas kulit kedelai, tak lagi dengan cara diinjak-injak.
Begitu pun untuk menutup plastik kemasan, tidak menggunakan lilin lagi, tapi dengan alat pres tersendiri. Karena itu, kemasannya lebih rapi. Tak heran jika banyak pejabat Kota Malang menjadi pelanggan tetapnya. Sekarang, Haji Ikrom tinggal menuai buah kerja kerasnya merintis usaha keripik tempe yang kini dikelola keempat anaknya.
Minggu
Published 00:39 by admin

Apakah Anda ingin agar bisnis Anda terus berkembang sekaligus karir Anda terus melesat…?? Jika jawabnnya adalah YA, maka Anda harus memiliki apa yang disebut SISTEM…. Itulah dia jawabannya. Kemampuan dalam membangun sistem dan konsistensi dalam menjalankannya adalah kunci dari semuanya. Kalau Anda sudah bisa membangun sistem bisnis Anda sendiri dan secara disiplin menjalankannya, maka Anda sudah bisa meninggalkan bisnis Anda tanpa perlu khawatir bahwa bisnis Anda tiba2 menjadi kacau balau. Dan karir Anda tetap terjaga dengan baik.
Kemampuan memetakan sistem ini yang biasanya bagi kebanyakan orang sangat sulit untuk dilakukan. Memetakan sistem mengharuskan seseorang untuk memahami betul alur kerja dimana sistem itu akan dipetakan. Selain itu parameter-parameter lain seperti waktu, ketersediaan manpower, ketersediaan dana dan pendukung lainnya juga harus terpetakan sehingga semua bisa diukur. Dari sini setiap karyawan tinggal menjalankan saja sistem yang sudah ditetapkan. Yang perlu kita lakukan adalah pengawasan – pengawasan – pengawasan. Dan itupun tidak perlu dilakukan secara periodik, cukup lakukan secara on the spot dan random sifatnya.
Jangan terlalu phobia dengan “kebocoran” dalam perusahaan. Yang namanya kebocoran itu biasa, namun yang paling penting adalah bagaimana memanage kebocoran itu sehingga tetap berada pada level yang masih dalam batas toleransi dan bisa ditekan secara kontinyu sehingga bisa terus mengecil kadar kebocorannya.
Sebagai karyawan yang mulai memiliki bisnis atau employpreneur, Anda akan sangat tergantung kepada sistem agar karir Anda tetap bisa dibuat kinclong bukan…..?? Nah, setelah bisnis Anda berjalan, segera konsentrasikan diri Anda untuk membuat sistem dari bisnis Anda. Tulis apa yang Anda lakukan dan lakukan apa yang Anda tulis. Buat sistem dan prosedur dari bisnis Anda yang bisa menjadi pegangan bagi karyawan Anda. Dan jangan lupa….. lakukan kontrol secara acak sehingga Anda bisa mendapatkan hasil yang lebih real. Setelah itu tinggalkan bisnis Anda…… dan buat lagi bisnis yang baru, begitu seterusnya…..
Dikutip dari sonnysofjan, semoga mermanfaat.
Sabtu
Published 22:27 by admin
Sebulan terakhir ini media massa lumayan gencar memberitakan Facebook dari sisi negatif, dengan judul yang kadangkala bombastis, seperti “ABG Korban Facebook Ngaku Bersebadan 3 Kali”, “Korban Facebook Makin Banyak”, “Remaja Korban Penculikan via Facebook”, dan sejenisnya. Judul-judul yang menyudutkan Facebook itu bukan hanya mendominasi media cetak, tetapi juga teve. Bahkan Kompas.com pun, yang terkenal dengan kehati-hatiannya, juga terjebak pada judul yang sejenis, seperti Lagi, Remaja Jadi Korban Facebook. Facebook tiba-tiba menjadi biang masalah. Media Social ini dituduh sebagai penyebab celaka.
Padahal Facebook hanyalah medium. Tanpa ada yang menyalahgunakan, medium itu bersifat netral.
Ibarat pisau, Facebook dapat digunakan untuk hal-hal yang negatif.
Mereka yang biasa menipu dengan medium lain, misalnya lewat SMS dgn mengirim SMS berhadiah jutaan rupiah tapi sesungguhnya menggerogoti uang korbannya, akan menggunakan medium apapun untuk mencari korbannya. Demikian juga para penjaja prostitusi, penjaja mimpi kaya mendadak, penyuka seks anak-anak dan lainnya. Facebook yang sedang digandrungi merupakan medium baru ampuh untuk menjerat calon korban. Maka para korban ini bukanlah korban Facebook, tetapi korban penjahat via Facebook.
Ibarat pisau, meski berniat positif jika tidak tahu cara menggunakannya, maka juga bisa berakibat negatif.
Orang tua sering melarang anak-anak di bawah umur atau balita bermain pisau karena bisa melukai anak tersebut. Pisau hanya boleh digunakan oleh mereka yang berhak. Sama juga dengan Facebook. Aturan Facebook sudah jelas dan terang benderang. Hanya mereka yang sudah berusia 13 tahunlah yang boleh menggunakannya. Anak-anak tidak berhak menggunakan Facebook!
Bahkan orang dewasa pun, ketika menggunakan Facebook, harus mau belajar bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh, dalam hal social networking, Facebook lebih tepat digunakan untuk berkomunikasi dengan teman-teman lama yang sudah kita kenal ketimbang mencari teman sebanyak-banyaknya yang sesungguhnya tidak kita kenali sama sekali. Teman-teman baru inilah yang dalam banyak kasus terbukti merugikan. Maka saran saya, jika belum pernah bertemu darat, janganlah menerimanya sebagai teman di FB. Contoh lain, karena tidak paham etika, kita seringkali menyampahi halaman FB orang lain dengan iklan, tag foto, dan sejenisnya yang tidak ada hubungannya dengan orang tersebut sehingga menjengkelkan mereka.
Semakin paham kita menggunakan FB, semakin banyak dampak positifnya. Semakin sering kita berlatih menggunakan pisau, semakin ahli kita menggunakannya, dan semakin hebat pula dampak positifnya. Pisau di tangan pendekar, akan jauh berbeda hasilnya dengan pisau di tangan amatir.
Facebook di Tangan Para Pendekar
Selain untuk memperkuat tali silaturahim yang terputus karena jarak dan waktu, di tangan para pendekar, FB dapat dimanfaatkan secara positif. Ini beberapa contohnya:
1. Seorang eksportir mebel asal Jepara misalnya, menyediakan rumah besarnya secara cuma-cuma sebagai kantor “Facebook Jepara”, sebagai tempat belajar bagi para pengusaha Jepara agar bisa meningkatkan ekspor mebel via online, sekaligus memanfaatkannya sebagai forum untuk mendidik anggotanya untuk meningkatkan bisnis mereka. Dari kantor inilah lahir banyak pengusaha mebel online yang menembus pasar Eropa dan belahan dunia lain, menyumbang devisa yang cukup besar ke negeri ini.
2. Para produsen, terutama kerajinan tangan seperti batik, tas, sepatu, baik terbuat dari kulit maupun non kulit, banyak yang memanfaatkannya untuk menjual produknya. FB digunakan sebagai kanal baru penjualan. Ada yang mengaku bisa membeli mobil baru hanya menjual batik via FB. Bahkan seorang produsen herbal bisa meraih omset sangat tinggi di jejaring sosial ini.
3. Bagi yang haus ilmu, FB adalah tempat istimewa mendulang ilmu. Dengan mengikuti grup-grup yang kita minati, kita bisa belajar banyak dari anggota grup tersebut. Atau, dengan berteman dengan orang-orang yang istimewa dan bernilai plus, kita dapat menyerap ilmu dan kebijakannya yang sering dibagikan melalui status maupun notes-nya.
4. Bagi para simpatisan gerakan tertentu, dapat memanfaatkan FB untuk menggerakkan simpati. Gerakan mengumpulkan koin untuk membela Prita yang diancam penjara karena dituduh mencemarkan nama baik dalam kasus melawan RS OMNI dengan mudah digerakkan lewat FB. Demikian juga gerakan mengumpulkan koin untuk membantu operasi Bilqis, balita yang mederita kelainan hati, gerakan mengumpulkan beasiswa, gerakan mengumpulkan dana untuk Dompet Dhuafa , Dompet Umat dan sejenisnya berjalan bagus di medium ini.
5. Bagi yang sadar citra diri, FB dapat dimanfaatkan sebagai medium untuk personal branding. Kita ingin dikenal sebagai apa, dapat dibangun secara konsisten di medium ini.
Tulisan diambil dari SudutPandang, Semoga berguna.
Published 16:37 by admin
SentraRebana adalah pusat produksi dan penjualan alat musik rebana, marawis, hadrah, marching band, drum band, kendang dan alat musik lainnya. Bagi anda yang sedang mencari alat musik rebana dengan kualitas terbaik, di sinilah tempatnya, anda tidak akan merasa kecewa dengan kualitas produk kami yang sudah tersebar ke seluruh Indonesia bahkan sampai ke luar negeri.
Kami menyediakan alat musik rebana dari berbagai model serta alat musik lainnya seperti Marching Band, Drum Band untuk TK sampai SMA
SentraRebana.com akhirnya datang sebagai media online kami untuk memudahkan para pelanggan kami dalam mencari informasi produk alat musik rebana dan alat musik lainnya
Untuk pemesanan alat musik rebana, silakan hubungi kami di sini
Oh..ya.. yang punya toko online wajib daftarkan webnya ke DaftarTokoOnline.ok
Read More
Kami menyediakan alat musik rebana dari berbagai model serta alat musik lainnya seperti Marching Band, Drum Band untuk TK sampai SMA
SentraRebana.com akhirnya datang sebagai media online kami untuk memudahkan para pelanggan kami dalam mencari informasi produk alat musik rebana dan alat musik lainnya
Untuk pemesanan alat musik rebana, silakan hubungi kami di sini
Oh..ya.. yang punya toko online wajib daftarkan webnya ke DaftarTokoOnline.ok
Published 06:54 by admin
Setelah 2 jam Googling untuk cari2 ide bisnis baru, eh.. malah kecantol dengan tips2 optimalisasi blog.. dan akhirnya AdamInstitute re-born dengan tampilan full-iklan (rencananya begitu) ya.. hitung2 online ga' keruan mending keruan dapat tambahan fee dari iklan... selamat menikmati posting2 baru yang menyenangkan...
Read More
Selasa
Published 15:46 by admin
1. Orang yang sangat produktif adalah orang yang memiliki kualitas, berbahagianya luar biasa.
2. Orang yang komitmenya tinggi adalah orang yang tidak pernah stress.
3. Kata kunci keberhasilan = Inovasi - Waktu / Speed.
4. Hal terbai didunia ini, bukanlah dimana kita berada, melainkan kearah mana kita melangkah.
5. Jenius adalah kemampaun untuk mengubah yang rumit menjadi sederhana.
6. Kekuatan dalam perjalanan hidup ditentukan oleh kualitas kekuatan mental, "keluh kesah adalah sampah"
7. bersambung...
Read More
2. Orang yang komitmenya tinggi adalah orang yang tidak pernah stress.
3. Kata kunci keberhasilan = Inovasi - Waktu / Speed.
4. Hal terbai didunia ini, bukanlah dimana kita berada, melainkan kearah mana kita melangkah.
5. Jenius adalah kemampaun untuk mengubah yang rumit menjadi sederhana.
6. Kekuatan dalam perjalanan hidup ditentukan oleh kualitas kekuatan mental, "keluh kesah adalah sampah"
7. bersambung...
Kamis
Published 05:31 by admin
Masih ingatkah anda akan nasehat popular yang dulu sering dinasehatkan oleh orang tua atau guru di sekolah? “Belajarlah yang pintar nak biar nanti kamu gampang cari pekerjaan supaya bisa hidup enak dan sukses” Sebagian besar kita masih beranggapan bahwa nasihat itu benar dan penting. Bagaimana dengan anda?
Sayapun pada awalnya berpendapat sama, tapi perjalanan dan pengalaman saya membuktikan bahwa sebagian besar orang yang pintar (cerdas secara intelektual) malah bekerja pada orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara financial). Saya sendiri pernah menyelesaikan pendidikan S2 di UGM, tapi pada awal kerja saya, malah bekerja pada perusahaan yang direkturnya malah hanya lulusan SMU, dan semua karyawannya adalah sarjana kecuali OB. nah lho… benar kan kata saya.
Sejak kecil kita seringkali ditanamkan untuk belajar dan berprestasi di sekolah, sehingga dalam mindset kita secara tidak sadar akan tertanam pemikiran, bahwa kalo mau sukses maka harus memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga selepas sekolah atau kuliah akan mencari pekerjaan sesuai dengan ijasah kita, seperti yang saya alami dulu. Ternyata akhirnya bekerja pada perusahaan yang pemiliknya Cuma lulusan SMA tapi kok bisa lebih kaya dari saya ya….
Ternyata cerdas intelektual itu bukan jaminan untuk membawa kita mencapai kesuksesan dan kekayaan, bukankah seorang guru atau dosen adalah orang yang memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi banyak kita temukan para kaum pendidik yang hidupnya pas-pasan, Banyak lagi para sarjana yang nganggur ataupun terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan background pendidikannya dan jauh dari kesuksesan.
Kecerdasan intelektual cenderung membuat otak kiri sangat aktif sehingga lebih memilih cara aman dalam hidup sehingga setiap bulan pasti terima gajian, yaitu jadi pegawai. Sebaliknya orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual) akhirnya mengambil jalan jadi pengusaha (karena melamar jadi pegawai tidak diterima), dan tidak jarang menjadi pengusaha yang sukses, dan akhirnya malah merekrut pegawai yang lebih pintar (sarjana). Bahkan pada akhirnya bisnisnya malah berkembang pesat.
Saya memutuskan untuk tidak terjebak dalam dunia kerja yang terlalu lama, maka setelah 6 bulan bekerja di perusahaan orang saya putuskan untuk “memajukan diri” (berhenti jadi pegawai dan menjadi pengusaha) walaupun pada saat itu belum tahu harus usaha apa. Yang penting berani “Action” untuk “memajukan diri”.
Ternyata tidak salah keputusan saya, setelah beberapa kali gagal dalam usaha, akhirnya kursus bahasa Inggris SMART ENGLISH yang dulunya hanya 1 outlet sekarang bisa berkembang menjadi 21 outlet di seluruh Indonesia. Dengan metode “Student Active Center” yang unik bisnis ini bahkan telah dapat dimiliki oleh siapa saja dengan system franchise.
Apabila kecerdasan financial kita diasah maka secara tidak langsung akan mengasah intelektual kita juga, yang pada akhirnya dapat melakukan apapun yang kita inginkan tanpa harus menguasai masalahnya secara detail. Saya pernah memiliki perusahaan percetakaan, biro iklan, dan tabloid, dan juga bisnis telekomunikasi yang tersebar di beberapa kota, akan tetapi sampai semua bisnisnya tutup dan bangkrut saya sama sekali tidak bisa dan tidak tahu proses cetak-mencetak, desain, apalagi menghandle perusahaan telekomunikasi saya. Untuk setiap pekerjaan yang memerlukan keahliannya, kita dapat bekerja sama atau mempekerjakan staf yang menguasai bidang tertentu, sehingga bisnisnya jalan, yang punya bisa jalan-jalan. Saya yakin anda pasti bisa. Saya pernah melakukannya. Pasti Bisa !!!
by: Eko Wardany (my Bussniss Mentor)
Read More
Sayapun pada awalnya berpendapat sama, tapi perjalanan dan pengalaman saya membuktikan bahwa sebagian besar orang yang pintar (cerdas secara intelektual) malah bekerja pada orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual, tetapi cerdas secara financial). Saya sendiri pernah menyelesaikan pendidikan S2 di UGM, tapi pada awal kerja saya, malah bekerja pada perusahaan yang direkturnya malah hanya lulusan SMU, dan semua karyawannya adalah sarjana kecuali OB. nah lho… benar kan kata saya.
Sejak kecil kita seringkali ditanamkan untuk belajar dan berprestasi di sekolah, sehingga dalam mindset kita secara tidak sadar akan tertanam pemikiran, bahwa kalo mau sukses maka harus memiliki pendidikan yang tinggi, sehingga selepas sekolah atau kuliah akan mencari pekerjaan sesuai dengan ijasah kita, seperti yang saya alami dulu. Ternyata akhirnya bekerja pada perusahaan yang pemiliknya Cuma lulusan SMA tapi kok bisa lebih kaya dari saya ya….
Ternyata cerdas intelektual itu bukan jaminan untuk membawa kita mencapai kesuksesan dan kekayaan, bukankah seorang guru atau dosen adalah orang yang memiliki kecerdasan intelektual, akan tetapi banyak kita temukan para kaum pendidik yang hidupnya pas-pasan, Banyak lagi para sarjana yang nganggur ataupun terpaksa bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan background pendidikannya dan jauh dari kesuksesan.
Kecerdasan intelektual cenderung membuat otak kiri sangat aktif sehingga lebih memilih cara aman dalam hidup sehingga setiap bulan pasti terima gajian, yaitu jadi pegawai. Sebaliknya orang yang bodoh (tidak cerdas secara intelektual) akhirnya mengambil jalan jadi pengusaha (karena melamar jadi pegawai tidak diterima), dan tidak jarang menjadi pengusaha yang sukses, dan akhirnya malah merekrut pegawai yang lebih pintar (sarjana). Bahkan pada akhirnya bisnisnya malah berkembang pesat.
Saya memutuskan untuk tidak terjebak dalam dunia kerja yang terlalu lama, maka setelah 6 bulan bekerja di perusahaan orang saya putuskan untuk “memajukan diri” (berhenti jadi pegawai dan menjadi pengusaha) walaupun pada saat itu belum tahu harus usaha apa. Yang penting berani “Action” untuk “memajukan diri”.
Ternyata tidak salah keputusan saya, setelah beberapa kali gagal dalam usaha, akhirnya kursus bahasa Inggris SMART ENGLISH yang dulunya hanya 1 outlet sekarang bisa berkembang menjadi 21 outlet di seluruh Indonesia. Dengan metode “Student Active Center” yang unik bisnis ini bahkan telah dapat dimiliki oleh siapa saja dengan system franchise.
Apabila kecerdasan financial kita diasah maka secara tidak langsung akan mengasah intelektual kita juga, yang pada akhirnya dapat melakukan apapun yang kita inginkan tanpa harus menguasai masalahnya secara detail. Saya pernah memiliki perusahaan percetakaan, biro iklan, dan tabloid, dan juga bisnis telekomunikasi yang tersebar di beberapa kota, akan tetapi sampai semua bisnisnya tutup dan bangkrut saya sama sekali tidak bisa dan tidak tahu proses cetak-mencetak, desain, apalagi menghandle perusahaan telekomunikasi saya. Untuk setiap pekerjaan yang memerlukan keahliannya, kita dapat bekerja sama atau mempekerjakan staf yang menguasai bidang tertentu, sehingga bisnisnya jalan, yang punya bisa jalan-jalan. Saya yakin anda pasti bisa. Saya pernah melakukannya. Pasti Bisa !!!
by: Eko Wardany (my Bussniss Mentor)
Minggu
Published 22:50 by admin
Rumah Ikan, menyediakan berbagai jenis ikan konsumsi, yang sangat berguna bagi kesehatan dan menunjang kecerdasan otak karena banyak mengandung Omega 3. Rumah Ikan juga menyediakan aneka olahan mulai krupuk ikan, ikan asap, otak2, terasi ikan, bakso ikan, dan olahan ikan lainnya.
Rabu
Langganan:
Postingan (Atom)