Minggu

Published 21:09 by admin

Maicih: Keripik Unik dari Bandung

Mimpi Saya Bangun Republik Maicih
VIVAnews.Com - Dunia digital membuka peluang bisnis menggiurkan: menjadi kaya raya tanpa perlu menunggu rambut beruban. Bukan hanya bagi mereka yang mencipta aplikasi digital, tapi juga mereka yang memanfaatkan aplikasi tersebut. Simak saja kisah Reza Nurhilman. Dengan keterbatasan dana membangun usaha, pemuda 23 tahun ini meraih sukses tak terkira berkat dunia maya. Ia memanfaatkan situs jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai media pemasaran. Reza atau akrab disapa Axl adalah pemilik usaha keripik pedas 'Maicih', yang sempat membuat heboh remaja Bandung. Hanya setahun setelah meluncurkan usahanya di Twitter, ia mampu mengantongi omzet penjualan Rp4 miliar per bulan. Berangkat dengan modal sekitar Rp15 juta, ia membuat permainan yang memancing penasaran Facebookers dan Tweeps. Ia merancang lokasi penjualan berpindah-pindah setiap hari, yang hanya dapat diketahui dengan melihat status Facebook (#maicih) atau Tweet Maicih (@infomaicih). Strategi itu sukses. Keripiknya menjadi barang buruan. Konsumen harus mengantre berjam-jam demi mendapatkan keripik superpedas itu. Bahkan, antrean pernah memanjang hingga satu kilometer. "Strategi pemasaran sengaja saya pilih berpindah-pindah sehingga orang penasaran untuk selalu mengetahui di mana keripik Maicih nongkrong," ucapnya. Di tengah kesibukannya sebagai Presiden Maicih yang memimpin puluhan Jenderal Maicih, mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Maranatha itu menyempatkan berbincang dengan VIVAnews di kampusnya, Bandung, beberapa waktu lalu. Berikut petikan wawancaranya: Kapan usaha Maicih berdiri? 29 Juni 2010. Baru setahun, jadi masih bayi lah ya ... Modal awal? Kalau diakumulasikan di awal, modal yang dipakai cuma Rp15 juta. Itu untuk bahan baku, dan membuat tungku penggorengan. Karena kami tidak menggoreng pakai kompor, jadi rasanya pasti beda. Omset saat ini? Setiap bulan terus meningkat, dari omset yang hanya sedikit menjadi banyak. Saat ini, omset sebulan sudah menyentuh Rp4 miliar, dengan rata-rata per minggu lebih Rp750 juta. Kemampuan produksi? Sekarang itu produksinya sudah sampai 75 ribu bungkus per minggu. Itu semua varian dari kripik, jeblak, gurilem. Dan, selalu habis. Butuh berapa banyak bahan? Kalau gurilem dan jeblak pake tepung tapioka jadi literan. Kalau keripik satu ton itu bisa jadi 4.000 bungkus. Seminggunya bisa produksi sampai 25 ribu bungkus. Suplier kami juga bingung, kok permintaan kami bisa lebih banyak dari pada pabrik-pabrik besar, hehehe ... Harga jualnya? Regulasi di Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak itu Rp11 ribu, untuk keripik yang level 10 Rp15 ribu. Di luar Bandung, keripik level 3-5, gurilam dan jeblak Rp15 ribu, yang level 10 itu Rp18 ribu. Nama Maicih darimana? Maicih itu terlahir waktu saya masih kecil. Biasanya, kalau saya dibawa mama ke pasar, suka ada ibu-ibu tua pake ciput dengan baju alakadarnya. Setiap belanja dia ngeluarin dompet, bonus dari toko emas yang ada resletingnya untuk masukin receh. Mama saya bilangnya itu dompet Maicih. Beberapa tahun lalu, saya ketemu ibu-ibu yang sosoknya menyerupai Maicih dalam memori saya. Ibu-ibu paruh baya yang pakaiannya tradisional. Ternyata dia bisa bikin bumbu kripik pedas. Lalu, saya bikin brand Maicih. Ternyata bisa bikin orang lain suka, karena nyeleneh. Jadi ibu-ibu itu yang buat? Dulu. Sekarang kami sudah kelola semua. Dulu merger, kalau sekarang kami sudah punya pabrik sendiri, managemen, produksi, pemasaran pure kami kelola sendiri. Kenapa memilih rasa pedas? Emang sih ada risiko bolak-balik kamar mandi di awal kali coba, tapi kalau sudah biasa nyoba mah nggak akan, hehehe.. Kami memilih rasa pedas karena memberikan efek kecanduan apalagi untuk lidah orang Indonesia. Lagipula, produk ini sangat baik untuk kesehatan, fungsi jantung, dan detoksifikasi. Karena, rasa pedas Maicih dari rempah pilihan dan cabe tentunya, kami juga tidak pake bahan pengawet. Tapi, tetap bisa tahan sampai delapan bulan. Keripik Maicih juga enak dimakan pake nasi, atau dicampur di lotek, mi rebus. Memang lebih enak kalau dikombinasikan dengan makanan-makanan lainnya. Alasan pakai sosial media sebagai media pemasaran? Awalnya, pemasaran Maicih melalui temen-teman saja. Temen SMA saya waktu itu beli, trus dia nge-tweet, "Maicih enak yah." Ya udah saya lalu fokus ke Twitter, running aja. Ada banyak alasan kenapa pemasarannya hanya melalui Twitter dan Facebook. Selain gratis, promosi di Twitter bisa jadi gong karena kekuatan marketingnya dibuat orang-orang yang beli Maicih. Orang yang belum tahu Maicih akan bertanya dan mereka yang nge-tweet soal Maicih akan dengan antusias menjelaskan. Mereka yang sudah merasakan Maicih punya testimoni masing-masing. Jadi, saya tidak usah capek-capek promosi. Dengan Twitter, promosi seperti bola salju, terus membesar. Ada pengalaman buruk? Paling cuma antrean yang panjang. Mereka rela mengantre walau hujan badai. Di setiap kota juga ngantre. Sekarang Jenderal-jenderal punya fans dan komunitasnya masing-masing. Waktu kami launching produk gurilam di Braga Cafe. Mungkin kalau MURI tahu pasti dapet rekor antrean terpanjang karena antrean pada saat itu sampai satu kilometer, dari jam 5 sore sampai 11 malem. Mengapa pakai konsep jualan nomaden? Kalau buka toko tetap takutnya malah habis, pas orang jauh-jauh datang. Mereka kan tahunya pusat Maicih di Bandung. Pas habis, nanti kami didemo lagi. heheheh ... Waktu awal-awal, saya sih masih pake sistem cash on delivery (COD), jadi dianterin, mau satu bungkus pun saya anterin. Waktu itu saya percaya, "Sekarang saya ngejar-ngejar konsumen, tapi nanti suatu waktu konsumen yang ngejar-ngejar saya." Dan, sekarang terbukti. Karena, memang addict sih yah. Takut jadi euforia sesaat karena keunikan penjualan? Nggak, karena beda mungkin ya. Kalau dibandingkan sama produk yang sempat fenomenal lainnya seperti salah satu es krim yang lagi 'hits'. Dari segi rasa, kalau orang penasaran sama produk tersebut pas dicoba sudah ilang penasarannya karena manis. Kalau pedas kan addict. Itulah seninya. Akan ada penambahan rasa atau modifikasi rasa? Prosesnya tidak sederhana. Sebelum membuat produk baru, kita harus lihat dulu antusias konsumen akan seperti apa. Jadi, sekarang masih fokus ke tiga varian ini. Kami fokuskan dulu ke kuantitas, menstabilkan kuntitas di skala nasional. Karena, masih banyak penduduk yang belum mencoba. Jadi, secara keseluruhan kami belum kuat, masih harus menguatkan network. Pokoknya, di setiap kota di Indonesia harus ada Maicih. Takut ditiru? Kalau dari segi bumbu mah sulit. Tapi, kalau yang niru sekarang banyak. Kripik Maicih abal-abal ada sampai 30 produk. Yang pleset-plesetin banyak, ada 'Bukan si Emak', 'Maican'. Tapi saya tidak ambil pusing lah. Saya fokusin di produksi sama rasa saja. Kami juga tidak hanya menjual keripik, tapi juga membangun network. Kami memantau produk dari Twitter karena kalau dari Twitter itu kan mudah mengetahui keluhan konsumen. Biasanya, keluhan konsumen itu, permintaan tempat penjualan. Jadi kami juga harus reset tempat. Ada data base untuk tempat yang belum ada Macih. Takut ada reseller yang jual lebih mahal? Pernah ada yang melakukannya. Jadi sekarang, penjualan ke konsumen kami batasi karena takut ada penimbunan dan mark up. Tidak kesampaian jadi Jenderal terus dijual dengan harga sesukanya. Jadi, dijatahnya tergantung kultur di kotanya masing-masing. Biasanya sih ada batasnya 5-10 bungkus. Usaha Maicih dibantu berapa karyawan? Kalau karyawan sendiri tidak terlalu banyak, untuk segi pekerja itu sendiri paling sekitar 10-an termasuk bagian packing, masak, pembuat bumbu, dan distribusi. Selebihnya agen, yang kami sebut Jenderal Maicih. Kenapa agennya disebut Jenderal? Nah, itu sebenarnya hanya marketing mix. Saya membuat bahasa marketing dengan nuansa yang berbeda supaya lebih menarik. Kalau saya sebutnya, "Ya ini agen Maicih," sepertinya kurang keren. Kalau disebut agen, seperti agen minyak dan kurang menjual. Bukan berarti mendeskritkan pekerjaan di luaran sana. Saya sebut Jenderal agar value-nya bertambah, karena produk saya cuma keripik. Kami juga punya Menteri Perhubungan, yang megang jalur distribusi dan penjualan ke luar pulau. Saya seperti ingin membangun kerajaan sendiri. Kerajaan sendiri, maksudnya? Kami bukan konglomerasi, bukan PT besar, kami punya sistem sendiri. Kami ingin buat Republik Icih (RI). Ada menteri-menterinya. Selain Menteri Perhubungan, Menteri Pangan (produksi), Menteri Keuangan yang mengurus database, input, omset, dan outputnya, ada juga Panglima Jenderal. Panglima Jendral itu adalah Jenderal pertama yang merupakan sahabat SMA saya. Beliau ini yang mengurus semua restock semua Jenderal di seluruh Indonesia. Sekarang juga kami sudah punya gudangnya sendiri, Alhamdulillah. Syarat menjadi Jenderal? Orang yang menjadi Jenderal dipilih yang memiliki intelektual baik, dan berkompeten. Dari segi SDM, kami nggak hanya asal menerima Jenderal, tetapi ada proses interview dan training. Kualitas mereka harus yang terbaik. Jenderal bukan karyawan tapi mitra usaha. Mereka membeli lisensi untuk izin usaha. Jadi istilahnya, mereka adalah distributor atau agen resmi yang menjual kripik Maicih. Jadi bisa dipertanggungjawabkan. Karena banyak yang mengatasnamakan Maicih atau memakai nama Maicih dengan cara yang tidak baik. Banyak konsumen yang dirugikan karena tertipu. Sementara Maicih yang asli itu hanya diinfokan oleh akun twitter @infoMaicih dan yang hanya dijual oleh para Jenderal. Training Jenderal itu tentang apa saja? Seputar caracter building, knowledge, sikap, serta bagaimana menyikapi bisnis ini ke konsumen. Karena, mereka tidak hanya menjual keripik, tetapi juga education. Saya sendiri sering sharing knowledge di training. Saya yang mengurus training, jadi mereka juga siap sebagai pengusaha dari segi mental. Mereka tidak hanya jual beli putus, tapi juga bisa dibilang independent bussiness owner (IBO). Jadi, merasa sebagai pemilik Maicih di kotanya masing-masing. Biasanya, setiap bulan, kami (saya dan para Jenderal) evaluasi perkembangan penjualan, atau bikin event. Sekarang sudah berapa Jenderal? Sudah ada sekitar 80-an di seluruh Indonesia. Mulai Februari 2011, sudah ada Jenderal di luar pulau Jawa. Ada di Papua, juga di dekat Nabire, dan Kalimantan. Mereka tetap dituntut ke Bandung dulu sebelum mulai jualan. Kalau nggak, ya tidak satu visi. Mereka harus tahu dulu knowledge-nya seperti apa, mereka nggak hanya jual beli putus gitu, mereka harus ada loyalitasnya. Kalau di Jabotabek, si Jenderal malah harus ke Bandung minimal sebulan sekali dan maksimal seminggu sekali. Jenderal-jenderal yang datang ke Bandung, biasanya mengambil barang sekaligus evaluasi, atau membuat setting penjualan di kotanya, objetive breakdown, atau bagaimana caranya dia menangani kasus per kasus saat dia memasarkannya. Rekrutmen Jenderal pakai sistem angkatan. Kemaren itu batch 1, sekarang kami sudah mulai membuka batch 2. Kalau yang dulu, termasuk Jenderal sepuh itu temen-temen saya, sekarang sudah benar-benar open public. Lisensi jadi Jenderal itu seperti apa? Mereka harus membeli izin usaha sekali seumur hidup. Izin usaha ini membuat dia resmi sebagai jenderal. Lisensinya itu hanya sekitar Rp300-an ribu. Tapi, di awal mereka harus mengambil all varian minimal 3.000 bungkus, berarti Rp30 juta. Biasanya sih 3.000 bungkus sudah pasti habis seminggu. Kenapa memilih bisnis makanan? Jika kita ingin bangun usaha lebih baik fokus di bagian primer yaitu sandang, pangan, papan. Usaha sandang sebenarnya menjanjikan tapi di Bandung kan sudah banyak dan saya tidak punya skill disana. Selain itu, usaha sandang tidak ada repeat order karena konsumen kalau tidak beli, ya tidak akan mati. Kalau bisnis papan seperti rumah, real estate, sangat menjanjikan karena setiap orang butuh tempat berteduh dan berlindung. Tapi, saya tidak punya modal. Kalau di pangan, tentu sangat menjanjikan. Kita mau buka restoran apa saja pasti laku. Tinggal bagaimana cara kita mempromosikan dan menyajikan produk yang berkualitas. Latar belakang usaha? Saya itu lulus SMU di tahun 2005, empat tahun saya menganggur, dalam artian tidak kuliah. Saya baru kuliah itu 2009. Dalam empat tahun menganggur, saya jual beli barang seperti elektronik, pupuk. Semua saya jual. Akhirnya saya punya produk yang tepat dan kendaraan yang tepat. Saya lahir dari tiga bersaudara, anak paling bungsu, dari ekonomi keluarga yang biasa-biasa saja. Waktu lulus SMU itu, ekonomi keluarga benar-benar drop, jadi saya memutuskan untuk menunda kuliah karena tidak mau membebani orangtua. Saya tidak memiliki figur seorang ayah, jadi mama saya banting tulang, kerja keras untuk menghidupi tiga orang anaknya. Saya tidak tega membebani lagi dengan biaya kuliah. Jadi selama empat tahun mulai agak berhasil apalagi dengan adanya Maicih. Jadi, jatuh bangunnya saya ini, sebelum saya memulai bisnis Maicih. Baru pas Maicih, mungkin momen dan waktunya tepat. Saya percaya Tuhan itu memberikan rezeki pada umatnya tidak terlalu cepat dan tidak terlalu terlambat. Tepat pada waktunya. Banyak orang yang mencibir mungkin tidak tahu kerja keras saya dalam membentuk bisnis ini. Sudah biasa. Jadi ya sudah tebal muka. Mungkin kalau Maicih ini dipegang orang lain tidak akan sebesar ini. Banyak orang yang melihat teknik pemasaran Maicih ini, tapi sebenarnya poinnya itu ada di leadership, bagaimana membuat tim ini jadi loyal. Dari omset yang hanya sedikit menjadi banyak. Omset sebulan aja sudah 4 milyar, mana ada orang yang percaya kalau dulu saya seperti itu. Pandangan 5-10 tahun ke depan? Saya ingin pemasaran tidak hanya nasional tetapi go internasional. Sekarang sudah masuk sampai Singapura dan Jepang. Tapi sistemnya dikirim. Jendralnya TKI di sana. Kuantitasnya juga sudah lumayan walaupun nggak sebanyak di nasional, karena ongkos kirimnya juga mahal banget. Saya juga ingin menjadi perusahaan multinasional karena kalau kuantitasnya sudah cukup besar saya ingin jadi PT. Tapi walaupun sudah jadi PT bukan berarti bisa dapet produk Maicih di mini market karena kami akan tetap menjaga sifat eksklusif si Maicih ini. Jadi, tetep Jenderal Jenderal yang memasarkannya. Sebenarnya sih intinya supaya jendral-jendral ini bisa sejahtera sama-sama. Untuk itu, saya juga sudah memikirkan akan membuat Maicih Cafe dan di franchais kan. Menu makanannya untuk konsumen menengah ke bawah dan menengah ke atas. Mungkin, pizza pakai Maicih. Tapi, di sana tidak akan menjual kripik per bungkus. Yang jual kripik Maicih bungkusan tetap Jenderal. Konsumen tinggal menikmati menu makanan di sana. Jadi, Jenderal-nya sekarang nabung. Ya, rata-rata Jenderal punya pemasukan Rp10 juta per bulan. Kalau mereka sudah punya tabungan cukup mereka dapat membeli franchais Maicih Cafe ini. Tips anak muda untuk berbisnis? Anak-anak muda itu harus jauh lebih yakin. Jika ingin menekuni sesuatu harus konsisten, ngotot, dan antusias. Kita harus semangat kalau kita punya sesuatu, kita harus yakin. Untuk menuju puncak itu memang tidak mudah, tidak semudah kita membalikkan telapak tangan, tapi ketika kita mengejarnya dengan yakin dan percaya, pasti akan tercapai. Maicih berawal dari impian, jadi kerja keras untuk mencapai impian tersebut itu harus. Tidak mungkin kita hidup selalu bergantung pada orang lain.
Read More
Published 20:43 by admin

EMAS Jauh Lebih Banyak Manfaatnya Daripada Keuntungannya

Banyak orang bertanya, yang intinya adalah bagaimana saya memanfaatkan Emas selama ini? Cara atau metode mana yang saya pakai? Saya coba jelaskan dalam artikel ini sekaligus sebagai rangkuman Kultwit saya beberapa waktu yang lalu mengenai hal yang sama. Seperti yang sering saya sampaikan diberbagai kesempatan terutama di Seminar-seminar KebunEMAS, EMAS jauh lebih besar manfaatnya daripada keuntungannya. Dalam kehidupan ini, karena sifatnya, saya memanfaatkan Emas untuk berbagai kebutuhan. Salah satu manfaat dari Emas yg terbesar adalah kita bisa mengukur biaya di masa yang akan datang dengan Emas (nanti saya bahas di artikel yang lain). Karena nilai Emas ini sama sepanjang masa, maka kita bisa memanfaatkan Emas untuk mengukur biaya di masa yang akan datang. Contoh yang paling mudah, untuk kebutuhan pendidikan anak-anak saya nanti, dengan Emas saya bisa dengan mudah mengukurnya. Kalau saat ini biaya masuk Sekolah Dasar adalah 10jt dan setara Emas 20gram, maka Emas 20gram tersebut 5 atau 10 tahun yang akan datang masih akan tetap bisa membiayai masuk Sekolah Dasar. Pada intinya dalam memanfaatkan Emas secara umum saya punya katakanlah 3 (tiga) jalur atau bagian besar. Jalur Pertama, EMAS Untuk Kebutuhan Di Masa Yang Akan Datang Dengan Emas kita mudah untuk mengukur biaya di masa yang akan datang, nah masalahnya adalah, bagaimana memiliki Emas tersebut saat ini, bukan tahun depan atau 2 tahun lagi. Saya memanfaatkan model Beli – Gadai – Angsur untuk kebutuhan ini. Contoh: 10 tahun lagi (dari saat ini) saya membutuhkan dana setara 250gram Emas untuk biaya pendidikan salah satu anak saya. Maka dari 2 tahun yang lalu saya sudah melakukan Beli – Gadai Emas, yang setiap 4 bulan saya Angsur (kurangi pokok pinjamanya), saya berterima kasih kepada BRI Syariah dengan produk Gadai nya yang sangat luar biasa. Karena menurut saya produk Gadai Emas BRI Syariah adalah yang terbaik saat ini, apalagi kalau di manfaatkan untuk hal yang saya sebutkan di atas, alasannya adalah, ketika pokok pinjaman saya cicil/kurangi setiap 4 bulan, maka biaya titip 4 bulan berikutanya akan berkurang. Biasanya strategi yang saya pergunakan adalah dengan menyisihkan uang yang besarnya 2 x dari Biaya titip setiap bulan. Misalnya biaya titipnya 1jt/bln, maka saya menyisihkan 2jt/bln ke dalam tabungan, yang mana pada saat 4 bulan jatuh tempo saldo tabungan 8jt kemudian saya pakai untuk bayar biaya titipnya 4 juta, dan saya kurangi pokok pinjamannya 4jt. Karena saya kurangi pokoknya, maka biaya titip 4 bulan berikutnya juga akan berkurang, artinya setiap 4 bulan komposisi pembayaran yang 8jt tersebut akan berubah, semakin lama semakin besar pokok pinjaman yang bisa dikurangi. Saya juga melakukan hal yang sama untuk tabungan saya hari tua. Dan EMAS pada Jalur Pertama ini TIDAK PERNAH SAYA TOPUP PINJAMANNYA, tapi terus saya kurangi/cicil pokok pinjamannya. Beruntung saat ini ada produk baru dari BRI Syariah, KLM BRI Syariah, yakni Kepemilikan EMAS dengan cara dicicil, dan tenornya bisa sampai 15 tahun, sebuah produk yang luar biasa menurut saya. Produk KLM BRI Syariah ini sangat cocok untuk tujuan-tujuan seperti di atas, seolah-olah kita ini ini mem-”beli” masa depan. Emas bisa dipakai untuk mengukur biaya di masa yang akan datang, KLM BRI Syariah bisa dipakai untuk mem-”beli” masa depan. Saat ini saya sedang meng-konversi seluruh gadai Emas pada jalur pertama ini ke KLM BRI Syariah, pertimbangan paling utama adalah, tidak harus repot-repot setiap 4 bulan ke BRI Syariah untuk perpanjangan Gadai, karena dgn KLM BRIS, cicilan langsung di debet setiap bulan dari rekening. Pada Jalur Pertama ini, saya tidak pernah mikir harga Emas ada di posisi apa, mau naik atau turun nggak peduli. Karena pada jalur ini, semua Emas saya proyeksikan untuk jangka panjang (5 – 10 tahun), untuk kebutuhan di masa yang akan datang. Jalur Kedua, Emas Untuk Kebutuhan Bisnis dan Konsumtif Uang untuk modal bisnis biasanya saya belikan Emas dulu, Emasnya lalu saya gadai, baru uang gadainya saya pakai untuk modal bisnis. Dan bisnis harus mampu untuk membayar biayanya setiap 4 bulan termasuk mengurangi pokok pinjaman. Kalau sampai tidak mampu, berarti ada yang salah dengan bisnisnya, simple. Seringkali juga pokok pinjaman belum habis, pinjamannya saya topup (maksimumkan lagi), tapi memang topupnya untuk kepentingan bisnis juga, misalnya karena pengen nambah modal atau memperluas bisnis. Contoh, 6 bulan lalu saya masuk ke bisnis dengan modal 180jt, saat itu modal 200jt saya belikan Emas lalu saya gadai, uang gadai sekitar 180jt lalu saya jadikan modal bisnis. Alhamdulillah, setiap bulan sekarang ini saya bisa menyisihkan sekitar 2-8jt dari keuntungan bisnis tersebut. Artinya, setiap 4 bulan saya bisa bayar biaya gadainya plus kurangi pokok pinjamannya. Selain untuk bisnis juga untuk konsumtif seperti: beli kendaraan, traveling dan sebagainya, termasuk beberapa waktu yang lalu saya berangkat Umroh, biaya berangkat Umroh saya belikan dulu Emas, lalu saya gadai, uang gadainya baru saya pakai untuk berangkat Umroh. Emas yang saya gadai untuk kepentingan ini pun saya angsur (kurangi pokok pinjamannya setiap 4 bulan). Dan sekali lagi untuk kedua tujuan ini (Bisnis dan Konsumtif), gadai Emas di BRI Syariah paling pas, karena biaya yang menurun seiring pokok pinjaman yang kita kurangi. Gadai Emas di Jalur Kedua ini tidak pernah saya topup sama seperti pada Jalur Pertama, justru saya kurangi pokok pinjamannya setiap 4 bulan (kecuali yg bisnis ketika saya butuh tambahan modal, setelah itupun bisnisnya akan kembali mengurangi pokok pinjaman setiap 4 bulan). Saya sering kali mendapat kejutan tidak terduga di jalur ini, contoh tahun lalu kami sekeluarga traveling ke Euro, biaya traveling tersebut saya belikan Emas 600gram lalu saya gadai, baru uang gadainya dipakai untuk biaya traveling. Gadai Emas nya kemudian setiap 4 bulan saya kurangi pokoknya (dicicil), perkiraan saya baru bisa lunas 2-3 tahun lagi, tapi ternyata belum setahun sudah lunas (sering kali rezeki datang tidak bisa kita duga kan?). Ahirnya kami sekeluarga tahun ini bisa traveling lagi ke Euro dengan tempat yang berbeda, dan MENGGUNAKAN EMAS YANG SAMA. Yang lebih mengejutkan adalah, untuk tahun ini biaya per orang naik dari $2600/orang thn lalu sekarang menjadi $3900/orang namun EMAS YANG DIBUTUHKAN HANYA 350-400gram SAJA !!! Tentunya ketika saya akan melakukan gadai untuk konsumtif atau bisnis ini saya sudah ukur kemampuan saya, artinya selalu saya sesuaikan dengan kemampuan agar saya selalu bisa kurangi pokoknya setiap 4 bulan. Kalau untuk yang bisnis, nggak pusing, kenapa? karena kalau bisnisnya bagus pasti mampu, kalau nggak mampu berarti yang salah bisnisnya, ada yang salah dengan bisnisnya… Di jalur kedua ini pun saya tidak pernah pusing sama harga Emas, mau naik atau turun. Karena memang akan dicicil dan untuk kebutuhan yang jelas ukurannya. Resiko terburuk dari jalur Pertama dan Kedua ini adalah kehilangan kemampuan untuk mengurangi pokok pinjaman dan bayar biayanya. Kalau itu sampai terjadi, ya gampang jual Emas nya dan lunasi pinjamannya, yang jelas nilai Emas nya pasti jauh melampaui pinjamannya karena memang pokok pinjamannya saya kurangi setiap 4 bulan, belum kalau harga Emasnya juga naik. Jalur Ketiga – Jalur Iseng. Kalau ada dana lebih saya baru masuk ke jalur ini, Emasnya saya peroleh dengan cara Beli – Gadai. Kemudian setiap ada kenaikan Emas dan STLE (nilai taksir bank) gadai saya topup (pinjamanya di maksimumkan lagi). Kelebihan dari hasil topup (setelah bayar biayanya) saya belikan Emas lagi, Emas yang dibeli dari hasil topup gadai ini saya simpan tidak saya gadai. Bahkan sering kali hasil topup itu dipakai untuk melunasi atau mengurangi pokok pinjaman Emas di Jalur Kedua (Bisnis dan Konsumtif), pertimbangannya adalah, kalau saya beli Emas baru harganya kan harga saat ini, jadi lebih untung kalau saya pakai untuk menebus sebagian atau mengurangi pokok pinjaman Emas yang di Gadai di Jalur Kedua. Pernah dalam 4 bulan tidak ada kenaikan Emas, harus bayar biayanya aja. Ya itulah resikonya, kalau sudah punya Emas hasil topup biasanya Emas tersebut saya gadai untuk perpanjangan, atau jual Emas yang digadai sebagian, secukupnya untuk perpanjangan lagi. Bisa juga di downgrade, artinya di gadai ulang dengan pinjaman yang sama, tapi jumlah Emas nya berkurang. Bulan ini karena harga Emas naik lumayan, saya downgrade salah satu gadai saya yang 100gram = 10 x 10grm. Dengan pinjaman yang sama tapi hanya butuh Emas 9 batang, artinya yang 1 (satu) batang 10gram sudah bisa saya miliki sepenuhnya. Pinjaman nya tetap sama, biayanya juga sama, tapi Emas nya yang digadai berkurang. Catatan: Sering kali saya sarankan membeli Emas dengan satuan-satuan kecil, memang di awal lebih mahal, tapi ke depannya lebih flexible. Sangat saya sarankan untuk mem-prioritaskan dulu minimal Jalur Pertama, amankan dulu kebutuhan anda di masa yang akan datang (pendidikan anak, tabungan hari tua dsb) sebelum Anda masuk ke jalur ke tiga, bahkan kalau Anda tidak siap menghadapi resiko harga Emas turun, jangan lakukan ini. Pakai jalur aman saja yang Pertama dan Kedua, Emas hampir tidak ada resikonya jika dipakai untuk proyeksi 5 – 10 tahun kedepan. Ingat kondisi harga EMAS SEPERTI SAAT INI TIDAK SELAMANYA HANYA SESAAT SAJA. Itulah cara saya memanfaatkan Emas, Investasi itu butuh kesabaran, bukan emosi, saya ingat tahun 2007 ketika saya memulai ini, saya mulai dengan 1-5 gram saja, karena itulah kemampuan saya saat itu. Tapi apa yang saya miliki sekarang, itu benar-benar di luar dugaan dan perkiraan, itulah rezeki. Kepintaran dan kecerdasan kalah oleh ketekunan. Percayalah, saya sudah buktikan selama ini, Emas jauh lebih besar manfaatnya dibanding keuntungannya, jadi manfaatkanlah Emas sebaik-baiknya untuk kehidupan dan masa depan Anda dan keluarga Anda. Mudah-mudahan bermanfaat bagi para Gold Gardener, Happy Gold !!
Read More
Published 20:29 by admin

Anda Adalah Seperti Apa Yang Anda Fikirkan

Sejujurnya saya adalah orang yang tidak percaya bahwa sukses, gagal, kaya, miskin adalah takdir. Takdir bagi saya adalah saya dilahirkan, laki-laki dan sebagainya. Sayalah yang menciptakan hidup saya tentunya atas izin Tuhan, Tuhan memberikan saya kebebasan untuk menentukan hidup saya. Sahabat Tycooner, pernahkah Anda berfikir dan merenung, membandingkan kehidupan Anda 5-10 tahun yang lalu dengan hari ini. Banyak diantara kita, antara kehidupan 5-10 tahun yang lalu, dengan hari ini tidak banyak mengalami perubahan, alias sama aja. Sementara itu, ada beberapa orang yang kehidupannya jauh sekali berbeda dalam kurun waktu yang sama. 24 tahun yang lalu, nasib saya sama dengan Bill Gates. Sama-sama putus sekolah alias Drop-out, tapi saat ini, posisinya jauh berbeda. Kenapa ada orang yang berhasil dan kenapa ada orang yang jalan ditempat. Bedanya cuma mimpi dan tindakannya. Sama seperti ketika Anda naik mobil, tapi Anda tidak tahu mau pergi kemana, maka sudah hampir dipastikan mobil itu tidak akan bergerak kemanapun, paling cuma muter atau maju disekitar itu aja. Tapi, begitu anda mempunyai tujuan, misalnya dari Bandung ke Bogor. Maka mobil tersebut akan bergerak menuju Bogor, masalah bergeraknya lewat Puncak, Tol Cipularang, mampir dulu ke Semarang, atau nyampenya 2 jam, 20 jam, 2 hari, bahkan 2 bulan, itu bukan urusan kita, itu urusannya Tuhan. Dia tahu jalan yang terbaik, tercepat dan termudah bagi kita. Begitupun dengan Anda, begitu Anda menetapkan sebuah tujuan. Maka seluruh tubuh Anda, alam bawah sadar Anda, pikiran Anda, secara tanpa disadari akan bergerak kearah tujuan tersebut. Kapan dan bagaimana itu terwujud, hanya Tuhanlah yang tahu, lepaskan saja, kewajiban Anda adalah menetapkan tujuan dan melakukan tindakan yang searah dengan tujuan Anda. Cobalah untuk merenung sejenak, dan mencari tahu. Sebetulnya apa sih yang Anda inginkan dalam hidup ini? kehidupan seperti apa yang Anda mimpikan 5-10 tahun yang akan datang? Definisikanlah dengan jelas dan terukur. Dan jangan pernah mimpi Anda itu dihubung-hubungkan dengan kondisi Anda hari ini, karena memang tidak Ada hubungannya dan tidak pernah ada hubungannya. Contoh: “Saya mau kaya” -> Tidak jelas, kaya apa? “Saya berpenghasilan $100.000/bulan dari Internet Marketing” –> Jelas dan terukur Saya percaya Anda bisa menjadi apapun yang Anda fikirkan, jadi ketika Anda merenungkan tujuan/mimpi Anda, lepaskanlah…. Jangan hubung-hubungkankan dengan kondisi Anda saat ini, karena memang tidak ada hubungannya…. Dan ingat, jangan pernah pikirkan bagaimana itu akan terjadi… Kemudian tuliskan… ya… tuliskan…. Kalau kata mentor favorit saya Jack Canfield: “Tulis dan buatlah seolah-olah itu sudah terjadi….” Sahabat Tycooner sekalian, orang besar lahir dari mimpi yang besar. Saya ingin sedikit sharing pengalaman pribadi saya. Alhamdulillah di tahun 2007, Tuhan memberikan saya sebuah pengalaman yang luar biasa dalam kehidupan saya. Tuhan menarik saya ke titik terendah, bukan balik lagi ke NOL tapi minus 5 Milyar. Tapi saya yakin saat itu bukanlah musibah, tapi sebuah ancang-ancang untuk sesuatu yang lebih tinggi dan jauh. Saat itu saya pernah menulis seperti ini, dan saya masih simpan sampai saat ini:
Coba Anda bayangkan, saat saya tulis ini, saya tidak pernah tahu bahwa 250jt/bulan itu dapat dari Internet Marketing macem apa? Boro-boro tahu ClickBank…. Adsense aja ngeraba-raba…. Tapi, Alhamdulillah 2010 terwujud bahkan lebih, dan sebagian dari ClickBank yg saya tidak pernah tahu sebelumnya. Kemudian yang kedua (menjadi seorang pembicara seminar), saya tidak pernah tahu bahwa itu akan terjadi dengan KebunEMAS, belum ada waktu itu KebunEMAS. Kepikiran aja nggak…. Saya tidak menyangka bahwa point 2 terwujud dari yang namanya KebunEMAS. Saya baru menyadarinya sekarang, bahwa benar, bagaimana itu terjadi itu bukan urusan kita, itu urusan Tuhan, yang bisa kita lakukan adalah menetapkan tujuan dan melakukan tindakan yang searah dengan tujuan/mimpi kita. Saya ingat, bahwa memang saya tidak pernah berhenti untuk belajar IM dari siapapun, dimanapun, tanpa berhenti dan merasa bosan atau putus asa. Hal yang Kedua, kalau diminta ngisi seminar atau workshop Entrepreneur University, mau dibayar atau tidak, atau di kota manapun juga undangannya sampai ke pelosok-pelosok, saya selalu berusaha untuk datang…. Itulah mungkin yang mempercepat mimpi saya terwujud, ketekunan mengalahkan kepintaran. Melakukan tindakan yang searah dgn tujuan/mimpi kita… Jadi, kesimpulannya adalah, apa yang terjadi dgn diri kita hari ini, adalah apa yang pernah kita fikirkan sadar atau tidak sadar sebelumnya. Oleh karena itu, saya sering kali sedih dan prihatin ketika melihat beberapa rekan-rekan yang sering menulis baik di status baik Facebook maupun Twitter, isinya mengeluh, menyalahkan keadaan, orang lain dsb. Hmmm… menurut saya itu sama saja seperti bilang begini: Ya Tuhan aku ingin seperti itu !!! Kita sendiri koq yang menciptakan hidup kita, Tuhan hanya memfasilitasi saja. Oleh karena itu hati-hatilah dalam berucap dan berfikir. Selalu berfikir dan bertindak positif, tidak pernah ada yang salah dgn kejadian yang kita alami, yang jauh lebih penting adalah bagaimana kita menyikapi kejadian itu. Makanya ada salah satu firman Tuhan yang mengatakan: Aku ini seperti prasangka hamba Ku…. Saya sendiri sering teringat dgn Al Quran Surat Al Qalam ayat 1-6, yang singkatnya kurang lebih begini: “— Nun, Demi kalam dan apa yg mereka TULIS, berkat nikmat Tuhanmu Kamu sekali-kali bukan orang gila. Maka kelak engkau akan melihat dan orang-orang lainpun akan melihat, siapa diantara kamu yg gila… —” Buat saya Surat ini sangat menginspirasi saya… tuliskan… walaupun kalau ada orang yang melihat apa yang kita tulis kita akan dikatakan “gila” saat itu… Tapi suatu hari nanti, siapa diantara kamu yg gila….. very like this…. Tulisan ini saya ambil dari tulisan saya yang sama di Forum www.RepublikTycoon.com karena menurut saya kesuksesan itu 80% berasal dari fikiran dan 20% baru teknis. Seringkali tanpa disadari fikiran kita justru membuat sesuatu yang tidak kita inginkan malah terjadi…. Sekali lagi, tidak pernah ada yang salah dengan keputusan Anda, semuanya BENAR. Walaupun saat ini Anda merasa keputusan itu salah, tapi suatu saat nanti, Anda akan mengatakan bahwa keputusan itu BENAR. Yang salah itu, tidak pernah memutuskan. Tuhan tahu jalan terbaik untuk kita dan Tuhan tidak pernah salah dalam memberi, yang ada kita salah dalam menyikapi…. Di ambil dari salah satu posting saya di forum Mindset pada foorum www.RepublikTycoon.com
Read More